Reporter: Filemon Agung | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina memastikan telah melakukan penyesuaian desain tiga proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) yang akan onstream pada tahun 2027 demi memangkas impor gasoline.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkapkan pada tahun 2020 kebutuhan BBM tercatat mencapai 1.126.000 barel oil equivalent per day (boepd) dimana impor gasoline mencapai 381.000 boepd.
Ia mengungkapkan proyeksi impor gasoline akan berkurang seiring hadirnya sejumlah proyek kilang oleh PT Pertamina.
"Kalau kita tidak punya program kendaraan listrik dan tidak bangun kilang baru, impor gasoline akan semakin besar maka untuk kurangi kita bangun kilang baru," jelas Djoko dalam diskusi virtual, Kamis (27/1).
Djoko melanjutkan, kebutuhan BBM pada tahun 2025 akan meningkat mencapai 1.359.000 boepd dimana impor gasoline dirpyeksikan dapat terpangkas menjadi sebesar 194.000 boepd seiring tambahan kapasitas kilang baru sebesar 290 boepd.
Baca Juga: Masuk Proyek Strategis Nasional (PSN), Pertamina belum akan bangun Kilang Bontang
Adapun pemangkasan itu diharapkan terjadi dengan rampungnya proyek RDMP Balongan pada 2022 mendatang dan RDMP Balikpapan pada 2025 nanti.
Menanggapi situasi ini, VP Strategic Planning Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Prayitno memastikan Pertamina telah menyesuaikan desain tiga proyek RDMP demi mengurangi impor gasoline pasca 2025 mendatang.
Ketiga proyek kilang tersebut yakni RDMP Dumai, RDMP Plaju dan RDMP Cilacap.
"Kita perlu menyesuaikan desain pembangunan kilang sesuai proyeksi permintaan dimana 2030 masih ada kemungkinan kekurangan gasoline," kata Prayitno dalam kesempatan yang sama.
Ia memastikan proyek RDMP pada ketiga kilang ini bukan berupa penambahan kapasitas melainkan untuk upaya peningkatan kualitas produk setara Euro 5 dan pemenuhan kebutuhan gasoline dalam negeri.
Di sisi lain, upaya menekan impor BBM nantinya bakal membuat impor crude Indonesia meningkat.
Djoko mengungkapkan pada tahun 2030 mendatang ada kebutuhan impor crude mencapai 1.491.000 barel oil per day (bopd) seiring penambahan 1 kilang baru alias GRR dan 5 kilang RDMP.
"Dengan dibangunnya 1 GRR dan 4 RDMP kita butuhkan minyak mentah hampir 1,4 juta bph sementara produksi minyak kita dengan busines as usual maka di 2030 masih akan kekurangan crude untuk kilang," jelas Djoko.
Baca Juga: Pertamina luncurkan kapal VLCC baru berkapasitas 2 juta barel
Ia melanjutkan kebutuhan impor crude diprediksi mencapai 338.000 bopd jika target produksi 1 juta barel tidak dilaksanakan.
Djoko melanjutkan, langkah menekan impor BBM berpotensi menghasilkan penghematan devisa sebesar US$ 16,8 miliar per tahun untuk kurun waktu 2021 hinngga 2040 mendatang.
Sekedar informasi, PT Pertamina kini tengah berfokus merampungkan 6 proyek kilang ini dengan kebutuhan investasi secara total mencapai Rp 556 triliun.
Selanjutnya: Pemerintah siap kerjasamakan pengembangan lapangan migas dengan Pertamina
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News