Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca restrukturisasi, PT Pertamina (Persero) berencana melepas hak partisipasi pada sejumlah Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi (WK Migas) miliknya sebagai bagian pengoptimalan bisnis hulu.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati bilang kebutuhan capex tahun ini yang mencapai US$ 6,2 miliar untuk pembiayaan Proyek Strategis Nasional (PSN) sudah tidak mungkin dipangkas lagi. Apalagi sebelumnya Pertamina telah memangkas alokasi capex sebesar 23% sebagai dampak pandemi covid-19. Sementara masih ada sejumlah proyek hulu yang perlu didanai.
Baca Juga: Ternyata hanya tujuh negara yang masih menggunakan bensin Premium, termasuk Indonesia
"Kami pun tetap harus melakukan investasi untuk menjaga produksi di hulu. Karena dengan sumur sumur yang sudah tua ini kita tetap harus operasikan. Sekali kita nonaktifkan, agak sulit dan mahal lagi untuk nanti kita aktivasi kembali," papar Nicke dalam agenda RDP bersama Komisi VII, Senin (29/6).
Nicke menjelaskan, upaya optimalisasi bisnis hulu yakni dengan menjalin kerjasama dengan mitra. Untuk itu, Pertamina sebutnya telah memetakan WK yang dimiliki dalam cluster-cluster tertentu. "Kami sudah klaster dari WK yang dimiliki yang produktif hanya 20%, sementara 80% belum optimal. Lebih baik mana, kami investasi atau Participating Interest (PI) dilepas," jelas Nicke.
Baca Juga: Sejumlah akademisi sarankan Erick Thohir rampungkan road map BUMN
Pertamina membagi WK yang dimiliki dalam empat kluster. Kluster pertama yakni WK yang ratio to production atau umur cadangannya di atas 10 tahun. Kluster kedua yakni WK yang umur cadangannya 5 hingga 10 tahun. Kluster ketiga yaitu WK yang dapat dikerjasamakan dari sisi skala menengah.
Terakhir, kluster empat yaitu WK Migas yang lebih tepat dikelola oleh perusahaan migas yang lebih kecil. "Kluster empat ini WK migas yang tidak cocok dengan Pertamina. Ini yang akan kita lepas lebih dulu," tandas Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News