kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.444.000   1.000   0,07%
  • USD/IDR 15.340   65,00   0,42%
  • IDX 7.832   19,65   0,25%
  • KOMPAS100 1.193   8,54   0,72%
  • LQ45 967   7,57   0,79%
  • ISSI 228   1,17   0,52%
  • IDX30 493   4,42   0,90%
  • IDXHIDIV20 594   3,60   0,61%
  • IDX80 136   1,13   0,84%
  • IDXV30 139   0,76   0,55%
  • IDXQ30 165   1,38   0,84%

Pertamina Kaji Pengembangan Minyak Jelantah untuk Bahan Bakar Pesawat


Selasa, 10 September 2024 / 16:48 WIB
Pertamina Kaji Pengembangan Minyak Jelantah untuk Bahan Bakar Pesawat
ILUSTRASI. Pertamina mulai mengkaji rencana penggunaan minyak jelantah untuk bahan bakar pesawat


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) sedang mengkaji potensi minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) untuk bahan bakar pesawat atau bioavtur alias sustainable aviation fuel (SAF). 

SVP Business Development Pertamina Wisnu Medan Santoso mengungkapkan, pihaknya tengah berdiskusi bersama Pertamina Patra Niaga untuk cara pengumpulan minyak jelantah akan dikumpulkan di jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan melibatkan eksportir yang selama ini menjual bahan baku ke pabrik-pabrik di Singapura (Neste, produsen SAF di Singapura) yang bahan bakunya dari Indonesia untuk memproduksi biofuel mencapai 6.000 barel.

"Memang yang paling ideal, karena kalau bioavtur ini tujuannya untuk ke luar negeri maka kita harus patuh (comply) dengan Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (Corsia) yang sayangnya saat ini kalau sumbernya dari palm oil kita masih belum comply, walaupun itu yang paling banyak. Hal yang berikutnya mungkin yang paling banyak adalah minyak jelantah," ujar Wisnu di Jakarta, Selasa (10/9).

Dari sisi teknologi, kata Wisnu, Pertamina siap terkait pengembangan SAF dengan salah satunya memungkinkan minyak jelantah dikembangkan menjadi bioavtur.

"Sebenarnya kalau dari sisi teknologi kita sudah siap. Teman-teman riset kita itu bahkan cukup yakin kalau secara technology wise katalisnya tidak kalah dengan pihak lain dan sebagainya. Itu murni hanya soal feedstock saja. Kalau kita mendapatkan continuity feedstock-nya cukup meyakinkan, saya rasa kita sudah siap," tandasnya.

Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Gandeng Vale Kerja Sama Penyediaan HVO

Asal tahu, biofuel memiliki peluang besar untuk berkontribusi terhadap ekonomi nasional. Selama ini Indonesia merupakan salah satu pemasok minyak sawit terbesar di dunia.

Vice Chairman Research & Technology Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Jummy BM Sinaga menyampaikan betapa besar peluang industri biofuel yang dapat berkontribusi terhadap ekonomi nasional. Indonesia saat ini berperan mensuplai 21% minyak nabati dunia dengan minyak sawit.

"Kapasitas Terpasang Biodiesel di Indonesia kurang lebih 20 juta kiloliter, masih mampu untuk peningkatan campuran hingga 40% (B40), dan sedang dilakukan secara bertahap," kata Jummy.

Proses perjalanan riset biofuel skala laboratorium sampai akhirnya implementasi B30 di tahun 2020. B30 merupakan campuran 30% biodiesel dengan 70% bahan bakar solar. Termasuk perkembangan pengembangan SAF atau Biovatur.

Adapun, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refinery & Petrochemical Pertamina, melaporkan bahwa Proyek Strategis Nasional (PSN) Green Refinery Cilacap memiliki target kapasitas produk biofuel hingga 6.000 barel.

Kilang Cilacap ini ditargetkan dapat menambah kapasitas produksi dari 3.000 barrel per hari menjadi barel produk Hydrotreated Vegetable Oil (HVO), atau bahan bakar dengan komponen nabati, SAF, dan Bionafta yang berasal dari Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah.

Selanjutnya: Anggaran Kementerian/Lembaga di 2025 Melonjak Jadi Rp 1.160,08 Triliun

Menarik Dibaca: Syarat Lengkap, Tokocrypto Kantongi Lisensi Pedagang Fisik Aset Kripto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×