Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) menargetkan pengembangan pohon aren sebagai bahan baku bioetanol, salah satu jenis Bahan Bakar Nabati (BBN) yang diandalkan untuk mendukung transisi energi di Indonesia.
CEO Pertamina NRE John Anis menyebut, tanaman aren sebagai "harta karun" bagi Indonesia.
Selama ini, sumber bioetanol nasional masih didominasi dari tebu, singkong, jagung, dan ubi jalar. Namun, aren dinilai memiliki potensi yang jauh lebih besar.
Baca Juga: Butuh Insentif, Pertamina NRE Dukung Penggunaan Bioethanol untuk Swasembada Energi
Mengacu pada data Kementerian Kehutanan, terdapat potensi lahan aren seluas 2 juta hektare yang dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol.
Dari luasan tersebut, John menyebut 1 juta hektare pohon aren bisa menghasilkan hingga 24 juta liter etanol, atau 4–5 kali lipat lebih tinggi dibanding tanaman penghasil bioetanol lainnya.
“Investasi untuk tahap awal pilot project dengan kapasitas produksi 1.000 liter bioetanol per hari diperkirakan mencapai Rp15 miliar–Rp20 miliar. Sementara biaya operasional tahunannya sekitar Rp1 miliar,” ujar John saat ditemui di kawasan Senayan, Jumat (16/5).
Pilot project pengembangan aren ini akan difokuskan di beberapa wilayah potensial di Jawa Barat, khususnya Cianjur, Tasikmalaya, dan Garut.
Pertamina NRE juga berencana membangun pabrik pengolahan etanol yang berdekatan dengan lokasi perkebunan aren guna menekan biaya logistik.
John menambahkan, bisnis bioetanol dari aren tidak akan berdiri sendiri.
Baca Juga: Mentan dan Pertamina NRE Dorong Program Aren untuk Bioetanol Nasional
Pertamina NRE juga akan mengombinasikan produksi bioetanol dengan produksi gula aren dalam satu ekosistem terintegrasi. Strategi ini dinilai lebih ekonomis dan memperkuat aspek keberlanjutan bisnis.
“Kalau hanya mengandalkan bioetanol tidak cukup ekonomis. Kami akan kembangkan skema flexible fuel dengan kombinasi produksi gula dan bioetanol,” jelasnya.
Dukungan regulasi terhadap pengembangan bioetanol juga terus diperkuat. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerbitkan Permen ESDM Nomor 4 Tahun 2025 tentang Pengusahaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati, menggantikan aturan sebelumnya Nomor 32 Tahun 2008.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan, pemerintah menargetkan implementasi mandatori bioetanol 5% (E5) dalam campuran BBM mulai tahun 2026.
“Paling cepat tahun 2026. Tahun 2025 sudah setengah jalan,” kata Eniya.
Baca Juga: Pertamina NRE Manfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Pastikan Keandalan PLTS
Tahap awal penerapan E5 akan difokuskan pada wilayah regional di Pulau Jawa, seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Distribusi bioetanol di wilayah ini dinilai lebih memungkinkan karena infrastruktur yang lebih siap.
Selanjutnya: ICHITAN Green Tea, Teh Hijau Asal Thailand Kini Hadir di Indonesia
Menarik Dibaca: Makassar Open Tournament Domino 2025 Bangun Sinergi Antar Tim
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News