Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki sejarah kerjasama di sektor energi dengan Bangladesh dan Pakistan sejak September 2017. Kerjasama ini kemudian ditindaklanjuti pada tahun ini dengan lawatan Presiden RI Joko Widodo ke kedua negara tersebut pada Januari lalu.
PT Pertamina (Persero) ikut mengambil peran melalui berbagai kesepakatan jual beli LNG dan kerja sama lainnya dengan beberapa perusahaan energi. Salah satunya kesepakatan untuk memasok gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) ke Bangladesh dan Pakistan, yang akan dilakukan Pertamina di kedua negara tersebut.
Vice President Corporate Pertamina Adiatma Sardjito menyatakan, Pertamina akan memasok LNG yang ditandai dengan penandatanganan kesepakatan pasokan LNG antara Pertamina dan Petrobangla di Bangladesh pada 28 Januari lalu.
Dalam kesepakatan yang dituangkan melalui Letter of Intent (LOI) binding tersebut, Pertamina akan memasok LNG sebesar 1 mtpa (million tons per annum/ juta ton per tahun), selama 10 tahun. Penandatanganan LOI binding dilakukan oleh VP LNG Pertamina, Wiko Migantoro dan Sekretaris Petrobangla, Syed Ashfaquzzaman, yang disaksikan Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Republik Bangladesh Sheikh Hasina di Bangladesh.
"Kesepakatan komersial tersebut, dilakukan sebagai tindak lanjut semangat kerjasama di bidang energi antara kedua negara, di mana hal ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Nantinya, Pertamina akan memasok LNG ke Bangladesh, dengan volume 1 juta ton per tahun selama 10 tahun dengan nilai total US$ 4 miliar dan akan mulai disuplai pada kuartal keempat 2018," jelas Adiatma dalam siaran pers pada Kamis (1/2).
Sementara itu, kerja sama pasokan LNG ke Pakistan ditandai dengan penandatanganan IGA (Inter Governmental Agreement) di bidang energi pada 27 Januari 2018. Dalam kerjasama ini, Pertamina dan Pakistan LNG Ltd, akan menindaklanjuti dengan pembahasan perjanjian jual beli LNG (Sales and Purchase Agreement/SPA LNG) yang diproyeksikan sebesar 1,5 mtpa selama 10 tahun dengan opsi perpanjangan 5 tahun. Bila transaksi ini terwujud, nilainya akan mencapai US$ 6,4 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News