Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) secara resmi mengajukan tambahan alpha dalam pembahasan awal RAPBN-P 2009 kepada Komisi 7 DPR.
Direktur Keuangan Pertamina Frederick Siahaan menyampaikan dengan melihat kondisi perkembangan harga minyak dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat saat ini, sangat sulit bagi Perseroan untuk menjalankan tugas mendistribusikan BBM bersubsidi dengan alpha atau biaya distribusi 8% dari harga jual.
"Kami menghitung alpha dari beberapa parameter, yang paling utama adalah harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah yang dijadikan acuan dalam APBN 2009," ujar Frederick, Rabu (21/1).
Disebutnya, beberapa asumsi yang sudah disepakati dalam APBN 2009 sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Asumsi yang digunakan adalah, nilai tukar Rp 9400 per dolar, harga minyak US$ 80 per barel sehingga Pertamina mendapatkan alpha 8%.
Makanya Frederick membuat berbagai perhitungan baru, untuk mendapat persetujuan pemerintah dan DPR dalam pembahasan RAPBN-P 2009.
Dimana dengan harga US$ 80 per barel maka alpha yang diinginkan Pertamina adalah 10%. Kemudian dengan harga US$ 50 per barel maka alpha yang diinginkan 12,5 %. Terakhir, dengan harga US$ 45 per barel alpha yang diinginkan adalah 14,4%.
"Semua dengan asumsi nilai tukar Rp 11.000 per dolar, dan penjualan BBM 36,8 juta kilo liter. Premium 19,4 juta kilo liter, minyak tanah 5,8 juta kilo liter dan solar 11,6 juta kilo liter," tandasnya.
Gentur Putro Jati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News