Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. Total Kerugian PT Pertamina akibat menjual liquid petroleum gas (LPG) alias gas elpiji ukuran 12 kiligram (kg) sejak 2008 silam hingga akhir tahun ini bakal mencapai Rp 19,9 triliun. Kerugian yang dialami perusahaan pelat merah itu lantaran harga jual di masyarakat tidak sebanding dengan harga dasar pengadaan gas tersebut.
Gigih WH Irianto, Vice President LPG & Gas Pertamina mengatakan, hingga saat ini penjualan harga gas elpiji jauh di bawah harga keekonomian. Meski begitu, Pertamina tidak bisa menaikkan harga tersebut tanpa adanya restu dari pemerintah. "Gas elpiji 12 kg bukanlah gas subsidi dan masuk kategori gas umum, namun harga jualnya tidak bisa mengikuti kondisi sebenarnya," kata dia, Rabu (20/2).
Dia mengatakan, harga jual gas elpiji sejatinya mengikuti harga yang berlaku pada CP Aramco, di mana harga rata-rata yang berlaku pada 2012 yaitu US$ 917 per metrik ton (MT) atawa setara dengan Rp 10.064 per kg. Namun, selama ini berlaku pada gas elpiji 12 kg, harganya hanya Rp 5.850 per kg.
Menurut Gigih, pihaknya telah mengusulkan kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koordinator Perekonomian, untuk kenaikan harga gas elpiji. "Kementerian BUMN sudah sepakat akan adanya kenaikan, namun Kementerian ESDM nampaknya belum menyetujui rencana kami," kata dia.
Berharap naik jadi Rp 95.600 mulai Maret
Pertamina mengharapkan kenaikan gas elpiji 12 kg bisa berlaku mulai Maret mendatang. Dengan demikian, jumlah kerugian yang diderita perusahaan pelat merah ini dapat diminimalkan. Jika tidak, potemsi kerugian Pertamina di tahun ini mencapai Rp 5 triliun.
Menurut Gigih, pihaknya mengusulkan kenaikan gas elpiji 12 kg pada Maret depan menjadi Rp 95.600 per tabung atau setara Rp Rp 7.966 per kg. Harga tersebut naik 36,2% dibandingkan harga sebelumnya sebesar Rp 70.200 per tabung atau setara Rp 5.850 per kg.
Gigih menjelaskan, sejatinya angka kenaikan ini sebenarnya masih jauh dari kata ekonomis dalam perdagangan gas elpiji 12 kg. Sebab, keekonomian harga jualnya mencapai Rp 10.064 per kg. "Dengan kenaikan ini hanya untuk memperkecil kerugian kami dari sebelumnya Rp 5 triliun per tahun menjadi Rp 3,9 triliun di tahun 2013 ini," kata dia.
Selama 2008 hingga 2012 lalu jumlah kerugian Pertamina dari penjualan gas elpiji 12 kg mencapai Rp 16 triliun. Nah, ditambah kerugian tahun ini sebesar Rp 3,9 triliun maka totalnya Rp 19,9 triliun. Itupun apabila pemerintah menyetujui rencana kenaikan harganya, kalau tidak kerugiannya bisa mencapai Rp 21 triliun hingga akhir 2013 ini.
Pada tahun ini, Pertamina memproyeksikan volume penjualan gas elpiji 12 kg mencapai 1,1 juta MT atau naik dari realisasi penjualan tahun lalu sebesar 918.137 MT. Sedangkan untuk distribusi gas elpiji 3 kg, diproyeksikan di tahun ini akan mencapai 4,4 juta MT, atau naik dari 3,9 juta ton. Sementara, untuk penjualan gas elpiji 50 kg diperkirakan akan tetap stabil di kisaran 250.000 MT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News