Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Rencana kenaikan harga gas Elpiji non-subsidi hingga mencapai nilai keekonomian terus berlanjut. Setelah tahun lalu menaikkan harga, tak lama lagi, PT Pertamina berniat kembali mengerek harga Elpiji dalam tabung 12 kilogram (kg) dan 50 kg.
Tujuan kenaikan harga ini adalah mengurangi kerugian Pertamina di bisnis Elpiji nonsubsidi. Tahun lalu, perusahaan minyak dan gas pelat merah tersebut mengaku merugi hingga Rp 2,6 triliun akibat menjual Elpiji non-subsidi dengan harga yang lebih rendah dari harga produksi.
Memang, harga jual Elpiji non-subsidi masih jauh di bawah harga keekonomian. Saat ini, Pertamina hanya menjual Elpiji non-subsidi Rp 5.850 per kg. Padahal, harga keekonomiannya mencapai Rp 8.000 per kg. "Itulah sebabnya Pertamina rugi karena harus menalangi selisihnya," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Achmad Faisal, Senin (15/2).
Nah, supaya tidak membebani konsumen, Pertamina bakal menaikkan harga Elpiji itu secara bertahap. Sayang, Faisal menolak menjelaskan kapan kepastian Pertamina menaikkan harga Elpiji itu.
Penjelasan lebih gamblang justru datang dari Deputi Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya. Menurutnya, Pertamina akan menaikkan harga Elpiji nonsubsidi sebesar Rp 100 per kg setiap bulan. Pertamina telah menyiapkan sejumlah opsi. Sayang, Hanung enggan merinci opsi-opsi itu.
Yang pasti, penentuan harga Elpiji non-subsidi akan mirip dengan penentuan harga bahan bakar non-subsidi seperti Pertamax. "Harga terus naik sampai mencapai harga keekonomian. Kami dulu pernah mengusulkan kenaikan harga tiap tiga bulan," kata Hanung. Ia juga menjamin kenaikan harga Elpiji non-subdisi secara bertahap tidak akan menimbulkan lonjakan inflasi.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo mengaku belum menerima pemberitahuan soal rencana Pertamina menaikkan harga Elpiji non-subsidi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News