Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Adapun program lainnya adalah Grass Root Refinery (GRR) atau pembangunan kilang minyak dan petrokimia baru di Bontang dan Tuban.
Fajriyah menyebut, keberadaan proyek-proyek tersebut lantaran Pertamina masih memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Keempat proyek RDMP dan dua proyek GRR sendiri saat ini sudah dalam proses pembangunan.
Baca Juga: Dibayangi perlambatan ekonomi global, harga minyak terkoreksi tipis di awal pekan
“Diharapkan kapasitas pengolahan kilang minyak Pertamina naik dari sebelumnya 1 juta barel menjadi 2 juta barel,” paparnya.
Selain itu, modernisasi dan penambahan kilang minyak juga dapat meningkatkan kemampuan pengolahan minyak mentah Pertamina dari sweet crude menjadi sour crude dengan kandungan sulfur sekitar 2%.
Tak hanya itu, proyek RDMP dan GRR juga dapat meningkatkan yield of valuable menjadi 95 persen dari sebelumnya 75% sekaligus menghasilkan BBM dengan kualitas Euro V dan menghasilkan produk petrokimia berkisar 6.600 kiloton per annum.
Baca Juga: Ini strategi Lotte Chemical (FPNI) untuk kejar target penjualan di akhir tahun
“Ini dapat mengurangi impor minyak dan produk petrokimia secara signifikan,” ujar dia.
Fajriyah pun berharap, dalam jangka panjang, hadirnya dua megaproyek ini akan membuat Indonesia bertransformasi dari importir menjadi eksportir minyak sekaligus mampu memenuhi kebutuhan domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News