kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina siapkan sejumlah program untuk kurangi defisit neraca migas


Kamis, 24 Oktober 2019 / 17:27 WIB
Pertamina siapkan sejumlah program untuk kurangi defisit neraca migas
ILUSTRASI. Fajriyah Usman VP Corcomm Pertamina


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca minyak dan gas (migas) masih menjadi momok bagi neraca dagang Indonesia. Hal ini pula yang membuat current account deficit (CAD) Indonesia melebar. PT Pertamina (Persero) pun telah memiliki strategi tersendiri untuk membantu mengurangi defisit migas. 

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, pihaknya sudah berusaha mengoptimalisasi penyerapan minyak mentah di dalam negeri dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) domestik.

Baca Juga: Harga minyak kembali terkoreksi dibayangi kenaikan persediaan AS

Jadi, hasil produksi minyak mentah dari KKKS sebenarnya dapat diserap dan diolah oleh kilang-kilang domestik yang dimiliki oleh Pertamina.

“Optimalisasi tersebut membuat Pertamina sekarang bisa hasilkan sejumlah produk secara mandiri, seperti avtur dan solar sehingga tak perlu impor lagi,” ungkap dia ketika dihubungi Kontan, Kamis (24/10).

Selain itu, Pertamina juga telah melakukan penyaluran bahan bakar dengan implementasi biodiesel 20% atau B20 sesuai arahan pemerintah.

Namun, untuk mengurangi defisit neraca migas tak cukup sampai di situ. Apalagi, kendati impor migas Indonesia periode Januari-September turun jadi US$ 15,86 miliar, namun ekspor migas hanya mencapai US$ 9,42 miliar. Ini membuat neraca migas Indonesia masih defisit US$ 6,44 miliar.

Maka dari itu, Pertamina masih akan menggeber sejumlah program untuk meningkatkan ketahanan energi nasional di masa mendatang.

Baca Juga: Harga minyak dunia tetap lesu, kombinasi sentimen ini membayangi

Salah satunya dengan program Refinery Development Master Plan (RDMP) yang merupakan pengembangan dan modernisasi kilang-kilang Pertamina yang sudah ada. Kilang yang dimaksud meliputi Refinery Unit (RU) V Balikpapan, RU IV Cilacap, RU VI Balongan, dan RU II Dumai.

Adapun program lainnya adalah Grass Root Refinery (GRR) atau pembangunan kilang minyak dan petrokimia baru di Bontang dan Tuban. 

Fajriyah menyebut, keberadaan proyek-proyek tersebut lantaran Pertamina masih memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Keempat proyek RDMP dan dua proyek GRR sendiri saat ini sudah dalam proses pembangunan.

Baca Juga: Dibayangi perlambatan ekonomi global, harga minyak terkoreksi tipis di awal pekan

“Diharapkan kapasitas pengolahan kilang minyak Pertamina naik dari sebelumnya 1 juta barel menjadi 2 juta barel,” paparnya.

Selain itu, modernisasi dan penambahan kilang minyak juga dapat meningkatkan kemampuan pengolahan minyak mentah Pertamina dari sweet crude menjadi sour crude dengan kandungan sulfur sekitar 2%.

Tak hanya itu, proyek RDMP dan GRR juga dapat meningkatkan yield of valuable menjadi 95 persen dari sebelumnya 75% sekaligus menghasilkan BBM dengan kualitas Euro V dan menghasilkan produk petrokimia berkisar 6.600 kiloton per annum. 

Baca Juga: Ini strategi Lotte Chemical (FPNI) untuk kejar target penjualan di akhir tahun

“Ini dapat mengurangi impor minyak dan produk petrokimia secara signifikan,” ujar dia.

Fajriyah pun berharap, dalam jangka panjang, hadirnya dua megaproyek ini akan membuat Indonesia bertransformasi dari importir menjadi eksportir minyak sekaligus mampu memenuhi kebutuhan domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×