kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan harga properti tak lagi agresif


Kamis, 27 Februari 2014 / 15:21 WIB
Pertumbuhan harga properti tak lagi agresif
ILUSTRASI. Promo 10.10 Hokben Double Date (Dok/Hokben)


Reporter: Anastasia Lilin Y, Herry Prasetyo | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Tiga tahun terakhir ini, sepertinya tidak berlebihan jika julukan darling investment disematkan kepada properti. Lihat saja, pertumbuhan harga properti di Jakarta dan sekitarnya, harga properti bisa tumbuh hingga ratusan persen dalam setahun!

Namun, Anda yang saat ini masih memiliki atau sedang mencari properti sebagai instrumen investasi, kemungkinan, tak bakal lagi bisa berharap mendapat cuan setebal itu. Paling tidak ini terbaca indeks harga properti residensial (IHPR) yang disusun Bank Indonesia (BI). Indeks itu menunjukkan pertumbuhan IHPR triwulan IV–2013 melambat.

IHPR triwulan IV–2013 berada di 170,90, hanya tumbuh 1,77% dari kuartal sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan kuartalan terendah, sepanjang tahun lalu. Bila dibandingkan dengan setahun sebelumnya, IHPR triwulan IV–2013 tumbuh 11,51%. Padahal di triwulan III–2013 sempat tumbuh 13,51%.

Dalam survei itu, BI mewawancarai 45 pengembang utama di wilayah Jabodetabek-Banten dan 215 pengembang di 13 kota. Tigabelas kota itu ada di luar Jabodetabek-Banten, yakni Surabaya, Bandung, Denpasar, Makassar, Manado, Pontianak, Semarang, Yogyakarta, Padang, Medan, Palembang, Bandar Lampung, dan Banjarmasin. Survei meliputi harga jual serta jumlah rumah yang dibangun dan dijual pengembang untuk tipe kecil, menengah, dan besar.

Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowaty bilang, kenaikan harga properti terjadi akibat kenaikan biaya produksi, meliputi kenaikan harga bahan bangunan 31,62%, kenaikan upah pekerja 23,19%, dan kenaikan harga bahan bakar minyak 17,56%.

Permintaan pasar tak masuk sebagai pengerek harga karena terpapar dua hal. Pertama, dampak penerapan aturan loan to value (LTV) untuk kepemilikan rumah sejak September 2013. Kedua, tren suku bunga kredit perbankan yang naik.

BI memproyeksikan IHPR triwulan I–2014 sekitar 175,27, atau naik 9,10% dari posisi setahun lalu. Ini berarti lebih rendah dari pertumbuhan triwulan IV–2013 yang 11,51%. Hendy berpendapat, perlambatan harga properti mungkin berlanjut sepanjang tahun ini.

Jabodetabek tersalip?

Khusus properti di Jabodetabek-Banten, IHPR pada triwulan I–2014 diperkirakan bakal tumbuh 7,98% dari tahun lalu, kalah dari proyeksi pertumbuhan IHPR Manado, Surabaya, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, dan Denpasar. Namun, Asisten Direktur dan Analis Ekonomi Divisi Statistik Sektor Riil Departemen Statistik BI Herina Prasnawaty Dewayany menampik anggapan harga di wilayah ini bubble.

Erwin Karya, Associate Director Ray White Projects & Commercial, berpendapat harga properti di Jakarta dan sekitarnya memang sudah tumbuh tinggi, jadi masuk akal jika tak akan mencetak pertumbuhan agresif lagi. Proyeksi Erwin, pertumbuhan harga properti Jakarta dan sekitarnya tahun ini paling banter 15%–20%.

Lain lagi pendapat pengamat properti Panangian Simanungkalit. Dia menilai kategori Jabodetabek-Banten ala BI terlalu luas dan tak mencerminkan pasar sebenarnya. Dia yakin harga properti di Ibukota dan pinggirannya, seperti Serpong, masih bakal tumbuh tinggi.

Berencana investasi properti? Simak dulu peluang dan tantangannya tahun ini.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 22 - XVIII, 2014 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×