Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Tingginya harga serta permintaan gondorukem dan terpentin di pasar internasional jelas menjadi daya tarik bagi pebisnis. Tak heran, Perum Perhutani pun menggenjot produksi getah pinus.
Tahun ini, Perum Perhutani menargetkan produksi getah pinus nya akan naik menjadi 90.000 ton dari tahun lalu 83.280 ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 62.380 ton diproyeksikan akan diolah menjadi gondorukem dan 12.460 ton diolah menjadi terpentin.
Untuk mencapai target tersebut, Perum Perhutani melakukan beberapa langkah. Pertama, membenahi aturan penebangan pohon pinus. Sebelumnya, pohon pinus ditebang pada usia 35 tahun untuk diambil kayunya. Saat ini, usia tebang pinus diundur menjadi 55 tahun. "Melihat tingginya harga gondorukem dan terpentin, pemunduran usia tebangan akan sangat menguntungkan," jelas Direktur Pemasaran dan Industri Perum Perhutani Ahmad Fachrodji.
Sebagai perbandingan, bila pinus ditebang dan dijual kayunya, harga jualnya hanya Rp 650.000 per meter kubik. Kalau diundur selama 20 tahun, getahnya bisa disadap setiap tahun. Jadi secara ekonomis dan ekologis lebih baik ketimbang dijadikan kayu.
Kedua, Perum perhutani akan memperluas areal pohon pinus. Saat ini luas hutan pinus milik Perum Perhutani mencapai 228.000 hektare (ha). Namun yang disadap hanya 145.000 ha.
Perluasan lahan akan dilakukan di luar Pulau Jawa, seperti di Sulawesi Selatan, Sumatra Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Diperkirakan penambahan areal yang bisa disadap antara 20.000--25.000 ha. “Tahun ini MOU-nya keluar,” kata Ahmad.
Selain itu, Perum Perhutani juga gencar membangun pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin. Tahun ini, Perum Perhutani sudah menginvestasikan dana Rp 170 miliar untuk membangun pabrik gondorukem dan terpentin di Jawa Barat dan jawa Timur. "Gubernur Sulawesi Selatan juga meminta kami membangun di sana," imbuh Ahmad.
Dengan beberapa cara tersebut, Perum Perhutani menargetkan pendatapannya dari penjualan gondorukem dan terpentin yang tahun lalu sebesar Rp 599 miliar akan meningkat menjadi Rp 720 miliar di tahun ini. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News