Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal Apersi Daniel Djumali menambahkan bahwa pihaknya mendukung penggunaan kompor listrik induksi bagi hunian baru di Indonesia. Khususnya, bagi perumahan atau apartemen yang berbasis smart home dan untuk milenial.
Sedangkan penggunaan lebih luas bagi perumahan-perumahan baru lainnya akan ditentukan oleh kategorisasi harga, maupun data-data spesifikasi kompor listrik induksi.
"Apalagi jika harganya bisa terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Apersi sangat mendukung program PLN bagi kompor induksi, dalam mengurangi subsidi LPG sekaligus pemanfaatan kelebihan listrik PLN," terang Daniel.
Senada, Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida menilai selama kalkulasi penggunaan kompor induksi lebih efisien, pengembang dan masyarakat akan tertarik. Namun, Totok juga mengamini bahwa pilihan akhirnya ditentukan dari bagaimana ketegorisasi hunian serta spesifikasi kompor induksi.
Daya beli dan daya listrik di hunian tersebut menjadi faktor yang mesti dipertimbangkan. "Sebetulnya (kompor induksi) kan lebih irit dan lebih efisien. Tapi kalau rumah sederhana terus bayar listrik 2.200 VA kan berat. Jadi pasti akan dilihat selama hitung-hitungannya masuk akal dan rasional," ungkap Totok.
MoU PLN, Apersi dan REI
Sementara itu, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril menyampaikan, penggunaan kompor induksi akan digenjot lewat konversi kompor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Pada tahun ini, gerakan konversi kompor LPG ke kompor induksi ditargetkan bisa berjalan hingga 1 juta unit.
Dalam pantauan PLN, hingga bulan Maret 2021, sudah ada lebih dari 50.000 pemakai baru kompor induksi. "Saat ini dari pengamatan produksi dan penjualan kompor induksi, sudah 50.000 lebih terjual di tahun 2021," kata Bob saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (4/4).