kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perumahan diminta pakai kompor listrik induksi, begini catatan REI dan Apersi


Senin, 05 April 2021 / 06:53 WIB
Perumahan diminta pakai kompor listrik induksi, begini catatan REI dan Apersi
ILUSTRASI. Peluncuran program konversi satu juta kompor elpiji menuju kompor induksi oleh PLN.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN (Persero) mendorong penggunaan kompor listrik induksi untuk mengkonversi kompor LPG. Pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN, mendukung program tersebut. Sektor hunian menjadi pasar yang potensial untuk mendongkrak penggunaan kompor induksi.

Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah menyampaikan, pihaknya memahami jika pemerintah dan PLN ingin memasyarakatkan penggunaan kompor induksi.

Selama itu terbukti bisa lebih menghemat energi alias lebih murah, pengembang dan masyarakat pun bakal menyambut program tersebut.

"Prinsipnya, (kompor) gas pun bisa, induksi bisa. Kalau lebih bermanfaat kompor induksi, kenapa tidak? Prinsipnya kalau itu memudahkan dan meringankan masyarakat, dan manfaatnya besar, Apersi mendorong itu" ujar Junaidi kepada Kontan.co.id, Minggu (4/4).

Baca Juga: Tak cuma rambah pasar ekspor, ini strategi bisnis Selaras Citra (SCNP) di 2021

Namun, ada sejumlah catatan yang mesti diperhatikan dalam program kompor induksi tersebut. Pertama, untuk masyarakat golongan menengah ke atas, kompor induksi bisa menjadi sebuah kebutuhan di tengah meningkatnya gaya hidup yang berbasis listrik (electrical lifestyle).

Sehingga bagi hunian yang diketegorikan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, paket kompor induksi bisa dijadikan sebagai strategi promosi dalam menarik minat pembeli.

"Itu bisa jadi salah satu gimmick pengembang. (Kompor induksi) jadi paket rumah, itu nggak masalah. Saya pikir nanti itu juga akan menjadi kebutuhan," sambung Junaidi.

Kendati begitu, catatan selanjutnya dari dia ialah mengenai hunian yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah alias Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) bersubsidi. Menurut Junaidi, harus dipertimbangkan kembali penggunaan kompor induksi bagi hunian kategori KPR subsidi.

Selain faktor finansial, secara teknis, perlu dilihat apakah daya mampu listrik yang tersedia di hunian KPR subsidi bisa mencukupi kebutuhan kompor induksi, atau tidak. Oleh sebab itu, Junaidi menilai program kompor induksi idealnya tidak menjadi suatu syarat dalam KPR, melainkan sebagai sebuah imbauan.

"(Daya listrik rumah) juga bisa jadi persoalan. Jadi idealnya nggak jadi syarat yang wajib, tapi imbauan untuk sementara ini," sebut Junaidi.

Baca Juga: PLN bidik konversi 1 juta kompor LPG ke kompor listrik induksi di tahun ini

Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal Apersi Daniel Djumali menambahkan bahwa pihaknya mendukung penggunaan kompor listrik induksi bagi hunian baru di Indonesia. Khususnya, bagi perumahan atau apartemen yang berbasis smart home dan untuk milenial.

Sedangkan penggunaan lebih luas bagi perumahan-perumahan baru lainnya akan ditentukan oleh kategorisasi harga, maupun data-data spesifikasi kompor listrik induksi.

"Apalagi jika harganya bisa terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Apersi sangat mendukung program PLN bagi kompor induksi, dalam mengurangi subsidi LPG sekaligus pemanfaatan kelebihan listrik PLN," terang Daniel.

Senada, Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida menilai selama kalkulasi penggunaan kompor induksi lebih efisien, pengembang dan masyarakat akan tertarik. Namun, Totok juga mengamini bahwa pilihan akhirnya ditentukan dari bagaimana ketegorisasi hunian serta spesifikasi kompor induksi.

Daya beli dan daya listrik di hunian tersebut menjadi faktor yang mesti dipertimbangkan. "Sebetulnya (kompor induksi) kan lebih irit dan lebih efisien. Tapi kalau rumah sederhana terus bayar listrik 2.200 VA kan berat. Jadi pasti akan dilihat selama hitung-hitungannya masuk akal dan rasional," ungkap Totok.

MoU PLN, Apersi dan REI

Sementara itu, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril menyampaikan, penggunaan kompor induksi akan digenjot lewat konversi kompor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Pada tahun ini, gerakan konversi kompor LPG ke kompor induksi ditargetkan bisa berjalan hingga 1 juta unit.

Dalam pantauan PLN, hingga bulan Maret 2021, sudah ada lebih dari 50.000 pemakai baru kompor induksi. "Saat ini dari pengamatan produksi dan penjualan kompor induksi, sudah 50.000 lebih terjual di tahun 2021," kata Bob saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (4/4).

Baca Juga: ​Promo tambah daya PLN April bayar Rp 202.100, ini cara mendapatkannya

PLN pun menjalankan strategi untuk menggandeng proyek perumahan agar para pengembang bisa menawarkan paket rumah dengan kompor induksi. Dengan begitu, penggunaan kompor induksi rumah tangga ditargetkan bisa terdongkrak.

Bob bilang, PLN berharap para pengembang bisa menggandeng pabrikan kompor induksi lokal, sehingga meningkatkan pasar industri dalam negeri. Namun, Bob menegaskan bahwa pengadaan kompor induksi tersebut bukan menjadi kewenangan PLN, melainkan dilakukan oleh pengembang atau konsumen.

Adapun, PLN sendiri berkomitmen untuk memberikan kemudahan dan potongan biaya (diskon) dalam penyambungan listrik dan kesiapan daya yang dibutuhkan. Dia memastikan, belum ada penetapan produk atau merek kompor induksi tertentu yang khusus dipakai dalam program ini.

"Pemerintah belum menetapkan, karena sifat program masih voluntary, belum dibiayai oleh APBN untuk pengadaan kompornya. Jadi diserahkan ke masing-masing pengembang dan konsumen. Namun kami mendorong produk lokal," sebut Bob.

Dia menambahkan, PLN pun segera menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama REI, Apersi dan pabrikan kompor induksi mengenai upaya memasyarakatkan penggunaan kompor induksi. "(PLN akan menandatangani MoU) bersama Apersi, REI, dan juga pabrikan kompor induksi supaya membangun ekosistem," pungkas Bob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×