Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kinerja perusaahan Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih belum banyak perbaikan. Sebagai industri padat karya, masalah klasik yakni daya saing terus menghantui.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G Ismy mengatakan industri ini masih mengalami masalah yang sama dalam lima tahun terakhir. Menurutnya masalah dari produksi maupun non produksi yang tidak bersaing menjadi masalah.
"Belum ada road map yang jelas dari pemerintah juga untuk meningkatkan kemampuan industri ini berkembang," kata Ernovian sat dihubungi KONTAN akhir pekan ini.
Pertama, dari salah satu penyumbang tenaga kerja sebanyak 2,8 juta orang tingkat produktivitasnya juga rendah. Ditambah upah kerja yang tiap tahun meningkat.
Kedua, dari segi pendukung energi pun juga kalah. Biaya listrik dan harga gas yang tinggi dibanding negara lain pun juga masaalah.
"Perlu ada proteksi juga untuk produk antara sampai hilir," kata Ernovian.
Prama Yudha Amdan, Corporate Communication PT Asia Pacific Fibers Tbk mengatakan sektor TPT sedang tertekan dari awal tahun. Menurutnya bahan baku yang naik memicu harga jual naik. "Tapi kita tidak bisa menaikan harga karena daya beli menurun," kata Prama saat dihubungi KONTAN, Jumat (19/5).
Harga energi yang memahal menurutnya membuat tidak efisien produksi. Sehingga beban pokok penjualan pun ikut naik.
Dalam laporan keuangan kuartal I-2017, penjualan PT Asia Pacific Fibers Tbk tercatat sebesar US$ 100,2 juta atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 88,6 juta.
Sayangnya, beban pokok penjualan naik menjadi sebesar US$ 93,7 juta atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 84,3 juta.Alhasil kerugian bersih membengkak menjadi sebesar US$ 6,3 juta atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 4,2 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News