Reporter: Mia Winarti Syaidah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Sudah jatuh tertimpa tanggal pula. Begitulah nasib PT Merpati Nusantara Airline saat ini. Di tengah belitan utang yang lumayan besar, Merpati kini masih harus menanggung kerugian akibat kecelakaan pesawat terbang miliknya jenis MA 60 di Teluk Kaimana, Papua, Sabtu pekan lalu. "Kami merugi US$ 15 juta karena insiden ini," ungkap Sardjono Jhony Tjitrokusumo, Direktur Utama Merpati, kemarin.
Sardjono mengakui kondisi ini menyulitkan Merpati karena sekarang masih dalam tahap restrukturisasi. Meski kecelakaan pesawat itu mencoreng kredibilitas dan menambah beban keuangan Merpati, Sardjono optimistis maskapai ini tidak akan dilikuidasi oleh pemerintah.
Alasannya, kinerja Merpati belakangan terus membaik. "Utang kami ini dari US$ 24,88 juta sekarang tinggal US$ 4,8 juta, ini pun kalau lessor mau bersabar pasti semua utang bisa kami bayar," klaim orang nomor satu di Merpati.
Dia menambahkan bahwa insiden jatuhnya pesawat belum berdampak serius terhadap kinerja manajemen dan operasional Merpati. Perusahaan ini berjanji akan tetap melayani dan melanjutkan ekspansi usaha sesuai rencana awal.
Sardjono menargetkan, sampai akhir tahun ini Merpati akan meraih keuntungan sebesar Rp 40 miliar. Ia yakin bisa mencapai target ini lantaran tingkat isian penumpang terus meningkat.
Sejauh ini, Merpati telah menerima surat dari Direktorat Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan untuk mengevaluasi seluruh pesawat MA 60 yang dioperasikannya. "Selama evaluasi, MA 60 masih boleh terbang," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News