Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Langkah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mewajibkan pemanfaatan batubara berkalori 3.000 kilo kalori per kilogram (kkal/kg) dalam tender pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang Sumatra Selatan 9 dan 10 ditanggapi berbeda sejumlah peserta tender. Salah satu peserta mempertanyakan soal kewajiban pemakain batubara kalori tertentu ini.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Joko Pramono bahkan menyebut dengan mematok kalori tertentu ada kesan PLN akan memenangkan peserta tender tertentu. Sebab, para peserta tender dua proyek PLTU itu memiliki tambang batubara dengan kalori yang berbeda-beda, ada peserta tender yang memiliki batubara kalori 3.000 kkal/kg, ada yang memiliki 4.000 kkal/kg, atau ada juga yang memiliki 4.200 kkal/kg.
"Dalam proses tender PLN seharusnya lebih konsen pada peserta yang menawarkan biaya yang lebih efektif dan efisien. Kalau mematok kalori tertentu, itu rasanya kurang pas. Biaya PLN akan lebih tinggi kalau mematok penggunaan batubara kalori tertentu," jelas dia kepada KONTAN, Minggu (10/8).
Padahal, penggunaan batubara dengan kalori yang lebih tinggi akan lebih efektif dan efisien. Kebutuhan batubara berkalori tinggi antara 4.000-4.200 kkal/kg sekitar 30%-40% lebih sedikit dibandingkan menggunakan batubara kalori 3.000 kcal/kg. "Memakai kalori 3.000 kkal/kg itu biaya yang dibutuhkan makin banyak," ujar dia.
Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy Tbk, Devindra Ratzarwin menyebut, Adaro hanya fokus mengikuti proses tender yang tengah berlangsung tanpa memperhatikan adanya upaya memenangkan pihak tertentu dalam tender. Hanya saja, Adaro tetap memperhitungkan syarat pemanfaatan batubara dengan kalori 3.000 kcal/kg . "Kami ikuti saja prosesnya," ujar dia ke KONTAN, Senin (11/8).
Namun ia mengakui, Adaro Energy tidak memiliki cadangan batubara kalori 3.000 kkal/kg, rata-rata cadangan batubara Adaro di Sumatera berkalori tinggi. Jika PLN bersikeras mematok pemanfaatan batubara kalori 3.000 kkal/kg untuk PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 dan 10, jika menang pihaknya akan berusaha memenuhi syarat itu ataupun meminta PLN untuk menggunakan batubara dengan kalori yang lebih tinggi.
Manajer Senior Komunikasi PLN Bambang Dwiyanto membantah, kalori tertentu itu untuk memenangkan salah satu peserta. "Udah gak zaman lagi begitu," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News