kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Petani kakao beralih bisnis ke kelapa sawit


Jumat, 07 April 2017 / 09:53 WIB
Petani kakao beralih bisnis ke kelapa sawit


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Turunnya harga dan produksi kakao dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir semakin mengkhawatirkan eksistensi komoditas ini ke depan. Memasuki tahun 2017, produksi kakao lokal masih belum membaik. Harganya pun makin turun hingga di kisaran Rp 15.000-Rp 20.000 per kilogram (kg).

Padahal, idealnya harga kakao ini mencapai Rp 25.000-Rp 30.000 per kg. Tidak adanya insentif dari pemerintah untuk komoditas ini membuat petani mulai meninggalkan komoditas ini dan beralih ke komoditas lain.

Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Arief Zamroni mengatakan, penurunan harga kakao antara bulan Maret-April merupakan siklus tahunan. "Mungkin sekitar Mei, harganya akan membaik. Karena pabrik menyerap kakao sejak bulan Desember sampai Februari. Bahan bakunya masih numpuk dan mereka belum olah," jelasnya, Kamis (6/4).

Meski begitu, Arief tak menampik apabila kegairahan kakao di sektor hulu mulai memudar. Hal itu terjadi karena banyak petani kakao yang mulai tidak fokus menanam. Ini terlihat dari produktivitas kebun kakao yang tahun ini kembali menyusut menjadi 400 kilogram (kg) per hektare (ha) dibandingkan tahun lalu yang rata-rata 600 kg per ha.

Apalagi, mayoritas pohon kakao yang seharusnya dilakukan peremajaan atauĀ replantingĀ sejak tahun 2015 hingga kini belum juga terlaksana karena tak adanya perhatian dari pemerintah. Makanya, menurut Arief, dengan kondisi seperti ini sulit berharap produktivitas kakao bisa kembali ke titik produksi 1 ton per ha yang pernah dicapai beberapa tahun lalu

Arief menyatakan, adanya kepastian pasar kakao dari pabrik pengolahan kakao yang saat ini berjumlah sekitar 30 pabrik di Indonesia tak mampu membuat petani bertahan. Arief bilang 10% dari total petani kakao yang saat ini sekitar 1,7 juta orang memilih untuk beralih ke komoditas yang lebih menjanjikan seperti kelapa sawit.

Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang menambahkan, saat berkunjung ke Sulawesi Barat, dirinya menemukan ada sekitar 40% lahan kakao sudah beralih menjadi kebun kelapa sawit. Kondisi ini diperkirakan bakal membuat produksi kakao nasional semakin merosot di tahun berikutnya.

Menurut data pada saat ini produksi kakao nasional per tahun hanya sekitar 400.000 ton, sedangkan kebutuhan industri olahan kakao per tahun mencapai 800.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×