Sumber: Antara | Editor: Uji Agung Santosa
KUDUS. Petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengeluhkan rendahnya harga lelang gula meski permintaan pada Ramadhan meningkat.
Wakil Sekjen Dewan Pimpinan Nasional APTRI M. Nur Khabsyin mengatakan, seharusnya bulan puasa menjadi kesempatan bagi petani tebu untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena permintaan masyarakat terhadap gula pasir sedang meningkat. "Sedangkan pasokan juga belum surplus mengingat musim giling pabrik gula baru dimulai," ujarnya, Senin.
Namun harga lelang masih saja rendah. Harga lelang gula pada 3 Juli 2015 hanya Rp 9.600 per kilogram, sedangkan lelang sebelumnya Rp 11.000. Ia mengatakan hasil lelang secara bertahap turun dari Rp 10.200, kemudian turun lagi menjadi Rp 9.800, dan kini Rp 9.600 per kilogram.
Ia menduga rendahnya harga lelang gula pasir petani, salah satunya karena adanya tekanan pemerintah terhadap pedagang agar tidak menjual gula kepada masyarakat dengan harga yang terlalu mahal.
Oleh karena itu, kata dia, pedagang hanya berani menghargai gula petani dengan harga yang rendah dari harapan petani setiap mendekati Lebaran. "Seharusnya, pemerintah yang menyubsidi harga gula di pasaran, bukannya petani," ujarnya.
Harga gula pasir lewat lelang tersebut, kata dia, memang masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga patokan petani (HPP) untuk gula jenis kristal putih 2015 yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 8.900/kg.
Akan tetapi, kata dia, harga lelang gula saat ini masih jauh dari usulan APTRI Rp 11.765/kg, sehingga petani masih rugi. Ia memprediksi harga lelang gula petani pascalebaran kembali turun seiring semakin meningkatnya pasokan gula pasir di pasaran karena proses giling di pabrik gula yang mulai berjalan.
Sebab permintaan gula pasir di pasaran pascalebaran, tidak setinggi saat bulan puasa sehingga berpeluang terjadi surplus. Kondisi tersebut, kata dia, bisa berdampak turunnya minat petani menanam tebu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News