kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peternak merana harga jagung meroket


Selasa, 29 November 2016 / 18:30 WIB
Peternak merana harga jagung meroket


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Menjelang akhir tahun, harga jagung pipilan untuk pakan ternak melesat tinggi melampaui harga batas atas yang ditentukan Kementerian Perdagangan (Kemdag) sebesar Rp 3.650 per kilogram (kg). Kenaikan harga jagung ini disebabkan minimnya stok jagung lokal dan kebijakan menstop impor jagung oleh Kementerian Pertanian (Kemtan). Akibat kenaikan harga jagung ini, harga pakan ternak sudah naik rata-rata Rp 200 - Rp 300 per kg.

Koordinator Forum Peternak Layer Nasional (Forum PLN), Ki Musbar mengatakan jagung berperan penting dalam meningkatkan kualitas telur dan ayam. Untuk mendapatkan pakan ternak ideal dibutuhkan campuran jagung sebesar 50%.

Pengurangan jagung di pakan ternak yang digantikan dengan dedak akan berdampak pada rendahnya kualitas telur dan ayam yang dihasilkan. Dampaknya terlihat dari produktivitas telur yang berkurang dari rata-rata mencapai 5 sampai 6 butir telur per minggu menjadi 4 sampai 5 butir telur per minggu.

"Kekurangan jagung pada pakan ternak juga bisa berdampak pada kualitas telur yang pucat dan tidak tahan lama, ini salah satu penyebab kenapa harga telur jatuh," ujar Musbar kepada KONTAN, Selasa (29/11).

Dia menjelaskan, saat ini harga jagung sudah mencapai rata-rata Rp 4.400 per kg hingga Rp 4.600 per kg dengan kadar air 15%. Harga jagung ini jauh melampaui batas atas kebijakan pemerintah.

Selama ini para peternak telah meminta kepada Kemtan untuk menyediakan jagung sebesar 10% saja dari total target produksi jagung tahun 2016 24 juta ton. "Kami hanya meminta disediakan jagung sebanyak 2,4 juta ton saja dari total target pemerintah 24 juta ton, tapi tidak ada," sesalnya.

Menurut Musbar, seharusnya harga jagung petani tidak perlu mahal karena selama ini mereka mendapatkan subsidi baik pupuk maupun benih dari pemerintah. Sementara peternak layer dan peternak unggas lainnya sama sekali tidak mendapatkan subsidi. Jadi, tidak masuk akal bila para petani jagung sudah disubsidi tapi harga jagung masih mahal.

Untuk itu, PLN mengeluarkan petisi kepada pemerintah agar subsidi yang diberikan negara kepada petani jagung dikembalikan kepada rakyat dalam konteks ini adalah peternak rakyat. Sebab pemerintah tidak sanggup menyediakan jagung sesuai dengan harga referensi yang sudah ditetapkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×