kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,52   -28,21   -3.04%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peternak sapi perah terancam impor susu dari Selandia Baru


Rabu, 11 Januari 2012 / 15:32 WIB
Peternak sapi perah terancam impor susu dari Selandia Baru
ILUSTRASI. Simak kiat dokter THT untuk memulihkan indra penciuman setelah Covid-19./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/26/01/2021.


Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Efektifnya kerjasama perdagangan bebas ASEAN-Australia-New Zealand Free trade Agreement (AANZFTA) mulai kemarin (10/1), membuat peternak sapi perah penghasil dan susu kelimpungan. Mereka galau perjanjian perdagangan bebas meningkatkan importasi susu dari Selandia Baru maupun dari Australia.

"Kerjasama perdagangan bebas mendorong pembebasan bea masuk dan ini membuat harga susu impor menjadi lebih murah," ujar Teguh saat dihubungi KONTAN (11/1). Jika harga susu impor tersebut lebih murah, maka Industri Pengolahan Susu (IPS) lebih senang mengimpor susu dari pada membeli susu dari peternak sapi perah lokal.

Selama ini, peternak sapi perah penghasil susu menggantungkan nasibnya dari IPS yang selama ini menyerap susu ternak sapi mereka. Jika industri pengolahan susu itu lebih banyak impor, Teguh khawatir harga susu sapi dari peternak tidak terserap sehingga harga terjun bebas.

Sebagai gambaran, harga susu sapi segar ditingkat peternak ada dikisaran Rp 3.400 per liter, jauh dibawah harga ideal Rp 4.200 per liter. Sementara harga bahan baku susu impor setara 1 liter susu segar adalah Rp. 4500 per liter.

Menurut Teguh, nilai impor susu Indonesia datang dari Selandia Baru dan Australia dengan nilai rata-rata US$ 600 juta per tahun. "Dua negara itu menguasai 60% pasar susu domestik," terang Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×