Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Yudho Winarto
"PGAS dapat bekerjasama dengan Pertamina sebagai holding migas, yang sudah memiliki komitmen kontrak-kontrak gas di luar negeri untuk memasok LNG baik di pasar ekspor maupun di dalam negeri. Karena itu kita perlu PGN yang profesional, yang memiliki kompetensi untuk mengelola gas di dalam maupun di luar negeri, " jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis (22/4).
Untuk memperkuat peran PGAS di dalam negeri, Arcandra menyebut ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, pemerintah mengurangi impor LPG. Caranya dengan mengalihkan industri yang menggunakan LPG dengan LNG ataupun CNG (compressed natural gas) yang dapat diproduksi oleh PGN. Kedua, PGN memperluas penggunaan gas bumi bagi pembangkit listrik milik PLN.
Ia kemudian menyebut masih banyaknya pembangkit-pembangkit listrik PLN di pulau-pulau terluar yang menggunakan diesel.
"Melalui sinergi dengan PLN, optimalisasi penggunaan gas bumi di pembangkit-pembangkit listrik ini juga akan mengurangi ketergantungan terhadap energi impor," katanya.
Baca Juga: Insiden kebocoran Kapal LNG Aquarius, ini kata PGN
Dalam keterangannya Arcandra menambahkan, bahwa pembangunan infrastruktur akan menjadi kunci bagi PGN dalam memperluas pemanfaatan gas ke berbagai daerah di Indonesia. Tidak saja dalam bentuk jaringan pipa tetapi juga berupa infrastruktur regasifikasi yang memungkinkan LNG dapat lebih mudah menjangkau pasar.
Itu sebabnya PGN akan terus mendorong penggunaan teknologi agar pembangunan infrastruktur makin efisien, sehingga konsumen mendapatkan harga gas yang terjangkau.
"Industri minyak dan gas (migas), yang penuh risiko dan berbiaya besar, membutuhkan peningkatan penguasaan teknologi, sekaligus pemahaman yang baik terhadap aspek komersialnya di Indonesia. Itu yang menjadi patokan PGN saat ini agar bisnis PGN makin efisien dan kompetitif, " tambahnya.
Dengan aspek teknologi dan komersial itu, tahun lalu PGN berhasil memangkas biaya pembangunan pipa minyak ke blok Rokan sepanjang 360 km di Riau hingga senilai US$ 150 juta atau lebih dari Rp 2,1 triliun.
Ini merupakan efisiensi terbesar yang pernah terjadi di PGN dalam proyek pembangunan infrastruktur migas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News