kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PHK di perusahaan rintisan tidak terhindarkan, Pengamat: Ini bagian dari efisiensi


Rabu, 24 Juni 2020 / 22:33 WIB
PHK di perusahaan rintisan tidak terhindarkan, Pengamat: Ini bagian dari efisiensi
ILUSTRASI. Ilustrasi Start Up. KONTAN/Muradi/2016/07/12


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah situasi pandemi Covid-19, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus bergulir di bisnis berbasis digital dan tak terhindarkan. Banyak perusahaan terpaksa mengambil kebijakan tersebut demi mempertahankan keberlangsungan usaha, mulai dari perusahaan berusia cukup tua sampai yang berstatus rintisan (startup).

Seperti baru-baru ini, Gojek melakukan PHK terhadap 430 karyawan. Sebelumnya ada Bukalapak dan OYO sudah lebih dahulu melakukan itu. Padahal, semula sektor bisnis tersebut sempat digadang-gadang sebagai bisnis masa depan.

Baca Juga: Amvesindo: Potensi PHK di perusahaan rintisan masih bisa berlanjut

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Rhenald Kasali menyebut, pengurangan karyawan memang merupakan opsi terakhir, termasuk pada situasi pandemi saat ini.

"Kemungkinan besar mereka akan mengalami hal-hal seperti itu dengan adanya pandemi. Hari ini pandemi terkena dampaknya kepada semua orang mau orang tua, mau anak muda, anak kecil, semua kena. Semuanya harus bisa merampingkan diri agar tidak terkena dampaknya, makanya semuanya dituntut efisiensi jadi melakukan PHK. Bukan karena kehendak mereka, bukan karena ekonominya tidak sesuai, tetapi karena cuacanya lagi buruk jadi semuanya harus melakukan perampingan," kata Rhenald saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (24/6).

Menurutnya, yang namanya perusahaan yang masih muda (startup) saat ini jumlahnya banyak, nanti kalau misalnya sudah dewasa terjadi seleksi alam. Ia menyebut, setelah pandemi ini atau menjelang pandemi berakhir yang tidak tahu kapan, nanti akan terjadi yang namanya ME shock yaitu merger dan akuisisi, terjadi perusahaan-perusahaan besar merger satu sama lain.

"Terjadi pembicaraan di kalangan para owner dan investor untuk menyatukan perusahaan mereka. Mereka semua investasi dimana-mana namun setelah besar si pemilik saham yang lama mundur. Ya memang strateginya seperti itu. Terutama kan carinya valuasi bukan profit. Followers nya tinggi harga bagus mereka mundur, oleh pemiliknya disatukan atau di merger otomatis nanti akan terjadi efisiensi antara kedua perusahaan artinya satu dengan satu bukan menjadi dua tapi menjadi tiga karena ada penghematan," paparnya.

Baca Juga: Begini pandangan pengamat bisnis Universitas Binus terkait PHK di perusahan rintisan




TERBARU

[X]
×