Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
"KAI akan melakukan setoran modal porsi PTPN VIII dan Jasa Marga yang belum disetorkan, dan mengambil alih porsi saham sebesar yang belum disetorkan oleh PTPN VIII dan Jasa Marga," ungkap Jodi saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (10/10).
Adapun untuk menggarap proyek ini, telah didirikan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) pada Oktober 2015 lalu. KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok melalui Beijing Yawan HSR Co.Ltd, dengan skema business to business (B2B).
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id, WIKA sebelumnya sudah melaporkan akan terjadi perubahan pemegang saham mayoritas di konsorsium PT PSBI. Sebelum pergantian pimpinan konsorsium dari WIKA ke PT KAI, komposisi sahamnya adalah WIKA menjadi mayoritas dengan 38%, 38%, Jasa Marga 12%, KAI 25%, dan PTPN VIII 25%.
Sayangnya, Jodi belum merinci komposisi terbaru dari konsorsium BUMN di proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini. Yang pasti, porsi kepemilikan BUMN Indonesia (PT PSBI) masih tetap mayoritas dengan 60%, dan 40% sisanya dimiliki Beijing Yawan.
"Kepemilikan masing-masing BUMN Indonesia setelah PMN sedang dilakukan perhitungan finalnya, yang akan merefleksikan komposisi kepemilikan saham masing-masing BUMN di PSBI," kata Jodi.
Di sisi lain, beberapa waktu lalu proyek kereta cepat ini disoroti lantaran mengalami cost overrun atau pembengkakan biaya mencapai US$ 1,9 miliar. Hal itu lantaran adanya biaya proyek yang diestimasikan hanya senilai US$ 6,07 miliar ternyata meningkat menjadi US$ 8,6 miliar.
Terkait hal ini, Jodi menegaskan bahwa PMN yang akan diberikan tidak mengatur mengenai pembiayaan cost overrun. "Cost overrun masih dalam perhitungan dan tengah dinegosiasikan dengan para kontraktor, serta pihak terkait lainnya termasuk CDB sebagai kreditur," pungkas Jodi.
Hingga tulisan ini dibuat, pihak PT KAI, WIKA maupun manajemen KCIC belum menjawab pertanyaan dari Kontan.co.id terkait progres dan kelanjutan proyek kereta cepat. Yang terang, Jodi menegaskan bahwa target operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung masih sesuai jadwal, yakni pada akhir 2022 atau awal 2023.
Selanjutnya: Ini penyebab anggaran proyek kereta cepat Jakarta-Bandung meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News