kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pinago Utama (PNGO) diuntungkan dengan kenaikan rata-rata harga komoditas karet


Kamis, 28 Oktober 2021 / 21:09 WIB
Pinago Utama (PNGO) diuntungkan dengan kenaikan rata-rata harga komoditas karet
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja dengan alat berat di pabrik kelapa sawit PT Pinago Utama Tbk (PNGO).


Reporter: Vina Elvira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga komoditas karet ikut mengerek laju bisnis sejumlah emiten produsen karet Tanah Air. Salah satu perusahaan yang diuntungkan dengan lonjakan harga ini adalah emiten perkebunan dan industri pengolahan PT Pinago Utama Tbk (PNGO). 

Direktur Pinago Utama Thomas Valian menyatakan, rata-rata harga komoditi karet di bulan September 2021 untuk TSR 20 adalah US$ 1,626 per ton. Naik 19,47% dibandingkan rata-rata per September 2020 yang sebesar US$ 1,361 per ton. 

Sementara itu, untuk rata-rata harga produk RSS 3 mengalami penurunan 9,04%, dari semula US$ 1,969 per ton di September tahun lalu menjadi US$ 1,791 per ton per September tahun ini. "Dampaknya kalau komoditi karet naik, tentu laba perusahaan bisa lebih bagus," ungkap Thomas kepada Kontan.co.id, Kamis (28/10). 

Dia mengungkapkan, menjelang akhir tahun ini, harga komoditas karet sebenarnya tidak jauh berbeda dengan periode yang sama di tahun lalu. Namun memang, perusahaan akan ikut diuntungkan dengan kenaikan yang terjadi.  

Baca Juga: Ditopang divisi otomotif, pendapatan Astra International (ASII) naik 28% yoy

Penjualan PNGO hingga Juni 2021 masih ditopang oleh produk minyak sawit dan inti sawit yang mencapai Rp 508,79 miliar. Sementara untuk penjualan produk karet tercatat Rp 458,48 miliar. Kemudian disusul oleh penjualan kompos senilai Rp 1,54 miliar. 

Thomas menambahkan, harga komoditas merupakan salah satu key drivers untuk industri pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Walhasil, kenaikan rata-rata harga CPO tentu akan berimbas positif terhadap peningkatan penjualan. Begitu pun dengan PNGO yang penjualan tertingginya masih berasal dari penjualan produk minyak sawit dan inti sawit. 

Menurut Thomas, pemicu kenaikan harga komoditas sawit merupakan imbas dari supply yang terbatas, akibat adanya kebijakan lockdown di sejumlah negara produsen. Ditambah dengan adanya penurunan pungutan tarif impor dari salah satu negara konsumsi terbesar, yakni India. 

"Dengan proyeksi harga CPO bertahan sampai akhir tahun, kami optimistis membukukan peningkatan dari sisi profitabilitas dibandingkan dengan tahun 2020 lalu," tambahnya.

Ke depannya, PNGO akan tetap fokus untuk memaksimalkan hasil produksi, baik dari kebun dan juga industri pengolahan yang sudah ada. Selain itu, PNGO juga akan melakukan penanaman baru di area anak perusahaan serta peremajaan kelapa sawit. 

Selanjutnya: Mulia Industrindo (MLIA) berhasil menorehkan kinerja apik hingga September

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×