kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   42.000   1,86%
  • USD/IDR 16.652   -6,00   -0,04%
  • IDX 8.195   11,08   0,14%
  • KOMPAS100 1.142   -2,69   -0,24%
  • LQ45 835   -2,44   -0,29%
  • ISSI 283   -1,00   -0,35%
  • IDX30 439   -1,42   -0,32%
  • IDXHIDIV20 506   -2,72   -0,54%
  • IDX80 128   -0,57   -0,44%
  • IDXV30 136   -1,87   -1,35%
  • IDXQ30 139   -0,60   -0,43%

Pinsar tak persoalkan Berdikari masuk bisnis unggas


Minggu, 20 Mei 2018 / 16:47 WIB
Pinsar tak persoalkan Berdikari masuk bisnis unggas
ILUSTRASI. PT Berdikari (Persero)


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu BUMN, PT Berdikari akan fokus di bisnis perunggasan pada tahun ini. Pada awal Maret 2018, Berdikari sudah mengimpor grand parent stock (GPS) sebanyak 36.000 ekor dari Prancis dan Amerika Serikat. Kemudian, pada Juli-Agustus mendatang akan didatangkan 36.000 ekor GPS.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko tak mempermasalahkan masuknya Berdikari ke bisnis perunggasan. Namun, menurutnya, pengaturan kuota impor harus betul-betul disesuaikan dengan suplai dan permintaan, sehingga kejadian pada 2014-2017 tidak terulang.

"Hukum supply-demand itu yang paling utama," ujar Singgih kepada Kontan.co.id, Minggu (20/5).

Singgih menjelaskan, pada 2014-2017, produksi day old chicken (DOC) dan ayam berlebih karena izin impor yang dikeluarkan pemerintah tahun 2012-2012 berlebih. Itu sebabnya, peternak ayam broiler broiler hanya tersisa 20%.

Namun, Singgih mengatakan, kondisi berangsur membaik, apalagi saat ini pemerintah sudah mengatur kuota impor GPS. "Semoga pemerintah konsisten dan tidak mudah ditekan swasta," imbuhnya.

Masuknya Berdikari ke bisnis perunggasan juga dianggap menjadi penyeimbang integrator dan membantu peternak rakyat mendapatkan DOC dengan harga wajar. Pasalnya, saat ini peternak rakyat sering tidak mendapatkan DOC, karena DOC tersebut disalurkan ke mitra intergrator dan farm komersial. Harga DOC pun mencapai Rp 6.000 per ekor, sementara normalnya harga DOC maksimal Rp 5.500 per ekor.

Menurut Singgih, saat ini Berdikari memang masih fokus pada GPS. Ia berharap, Berdikari betul-betul mengawasi pendistribusian GPS tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×