Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) semakin gencar menggalakkan program antipemadaman listrik. Perusahaan setrum pelat merah ini berencana membangun setidaknya 11 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Untuk mewujudkan rencananya, PLN akan menggandeng perusahaan swasta. Direktur Utama PLN Dahlan Iskan mengatakan, pihaknya sengaja memilih PLTMH karena ingin membangun pembangkit dengan dominasi energi terbarukan. Maklum, untuk mendirikan pembangkit berbahan bakar lain seperti batubara, gas dan minyak butuh biaya cukup besar.
Sumbawa sendiri memiliki potensi energi hidro hingga 67,5 megawatt (MW). Nah, kesebelas pembangkit yang akan dibangun itu adalah PLTMH Banggo, PLTMH Sumpee, PLTA Beh I, PLTMH Beh II, PLTA Beh III, PLTMH Rea I, PLTM Rea II, PLTMH Bintang Bano, PLTMH Rhee I, PLTMH Rhee II, dan PLTMH Belo.
Dahlan bilang, secara bertahap, pembangkit listrik hidro dan energi terbarukan ini akan menggantikan pembangkit diesel yang masih mendominasi wilayah Sumbawa. Dengan demikian, di tahun 2014 kelak, komposisi pembangkit di pulau itu adalah PLTU 40%, PLTA & PLTMH 50%, dan PLTP 10%. Saat ini, beban puncak wilayah Sumbawa mencapai 22,5 MW.
Selain energi hidro, PLN juga berniat mengembangkan pembangkit panas bumi yakni PLTP Hu’u berkapasitas 20 MW dan PLTP Marongeh berkapasitas 5 MW. “Di masa depan, Sumbawa akan menjadi pulau dengan pengunaan energi hidro dan terbarukan yang mendominasi pembangkit listrik,” terang Dahlan, Selasa (6/7) malam.
Sebelumnya, Direktur Indonesia Timur PLN Vickner Sinaga menyatakan, tahun ini wilayah Indonesia Timur akan menambah sambungan baru guna meningkatkan rasio pemenuhan listrik (elektrifikasi). Sayang, ia tidak mengatakan jumlah tambahan sambungan baru itu. Yang jelas, Indonesia Timur akan menjual listrik sebesar 11 miliar kWh atau senilai Rp 22 triliun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh juga berjanji, PLN akan membuat sambungan baru sebanyak 1,5 juta per tahun untuk seluruh Indonesia. Sambungan ini bertujuan mengerek rasio elektrifikasi nasional yang rata-rata masih 66%. Lewat cara ini, di 2014, rasio elektrifikasi bisa bertambah menjadi 80%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News