Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. PT Perusahaan Listrik Negara / PLN siapkan 1.099 pasukan khusus demi mengamankan pasokan listrik di seluruh wilayah Indonesia. Pasukan khusus tersebut dinamakan tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB).
Pasukan khusus ini dilatih untuk melakukan pemeliharaan, perbaikan atau penggantian komponen pada jaringan listrik tanpa memadamkan jaringan yang tengah beroperasi. Hal ini agar pelanggan tetap mendapatkan pasokan listrik tanpa harus diputus.
Kerja tim PDKB memang sangat beresiko sehingga yang paling utama dalam melakukan misi ini adalah kesehatan dan keselamatan kerja. "Tim PDKB memiliki tugas yang mulia, memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, dengan mempertaruhkan nyawanya," ujar Machnizon Masri, Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara PLN.
Perlu diketahui, hingga saat ini, PLN memiliki 802 personil Tim PDKB Tegangan Menengah (TM) dan sekitar 207 personil Tim PDKB Tegangan Tinggi (TT) atau Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang tersebar di 21 unit PLN Wilayah, tiga unit Transmisi dan unit PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3BS). Dengan adanya Tim PDKB, maka PLN berhasil menyelamatkan pendapatan sebesar Rp 450 Milyar di 2016 karena adanya energy saving.
Perbaikan yang dilaksanakan tim PDKB tidak mengganggu suplai listrik ke pelanggan, sehingga energi yang dibangkitkan dapat terjual. Selain itu melalui PDKB ini maka infrastruktur kelistrikan akan terjaga keandalannya, karena biasanya pemeliharaan dengan memutus aliran akan membuat berkurangnya keandalan saluran tersebut. Ini merupakan bukti bahwa PLN berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggannya.
Nyoman S Astawa, Ketua Komisis PDKB mengatakan tim PDKB ibaratnya siap mati demi listrik tidak mati. Tentu tidak berlebihan mengingat pekerjaan ini memiliki resiko yang sangat tinggi, penuh aturan dan prosedur yang tidak boleh dilanggar.
Dibutuhkan sumber daya manusia yang sangat terampil, dan memiliki keberanian khusus untuk bisa menjadi bagian dari tim. Mereka harus menempuh Diklat selama dua bulan untuk diangkat secara resmi menjadi Tim PDKB.
Tentunya tak hanya mengandalkan pengetahuan, ketahanan fisik dan mental mereka harus dilatih. Selain itu, mereka juga harus memiliki sertifikasi yang diperbaharui setiap 3 tahun dan setiap akan melakukan pekerjaannya, kesehatan mereka di cek terlebih dahulu karena akan langsung berhubungan dengan tegangan listrik yang aktif.
Tidak hanya SDM, peralatan yang digunakan untuk kegiatan PDKB ini juga diuji secara berkala agar tidak adanya malfungsi pada saat digunakan. Semua hal ini dilakukan demi masyarakat dapat menikmati listrik tanpa adanya gangguan. Tim PDKB dituntut untuk tidak melakukan kesalahan sama sekali atau Zero Accident.
Demi keselamatan tim serangkaian aturan pun harus ditaati, salah satunya adalah job safety analysis yang berarti para pasukan harus melakukan pengamatan lingkungan sekitar pemeliharaan terlebih dahulu, apakah memungkinkan untuk dilakukan pemeliharaan atau tidak, mereka pun harus melakukan segalanya sesuai dengan Standard Operation Procedure (SOP), dan instruksi kerja.
Mereka tidak boleh melakukan manuver sedikit pun di lapangan, oleh karena itu kedisiplinan adalah hal yang harus dimiliki setiap anggota pasukan khusus tersebut.
Tantangan bagi Tim PDKB bukan hanya rasa takut akan arus tegangan tinggi. Berbagai potensi bahaya yang mungkin dihadapi adalah cuaca, kelembapan udara dan kondisi lalu lintas di sekitar lokasi.
Jika ada tanda-tanda akan turun hujan, Tim akan berhenti bekerja. Kondisi medan yang tidak selalu sama dan nyaman juga menjadi tantangan tersendiri bagi Tim PDKB. Terkadang mereka harus membuka akses jalan baru di hutan untuk melakukan pemeliharaan, semua mereka lakukan demi melistriki nusantara.
"Pasukan PDKB adalah orang yang terpilih untuk melaksanakan tugas yang sangat berbahaya, nyawa lah taruhannya, semua demi kepuasan pelanggan, kami bangga atas hal itu." ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News