Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT PLN (Persero) akan melakukan lindung nilai atau hedging 50% kebutuhan dolarnya untuk membayar kewajiban utang sampai 31 Desember 2008 sebesar US$ 6,6 miliar.
Menurut Direktur Keuangan PLN Setio Anggoro Dewo, hedging dilakukan dengan tujuan menekan risiko kerugian akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
"Kita akan mulai hedging efektif dua bulan lagi. Sekarang kita akan mulai beauty contest sejumlah bank internasional yang akan kita tunjuk sebagai penjamin hedging kebutuhan dolar kita. Karena kita tidak mau terjadi kerugian kurs yang besar seperti tahun lalu," kata Dewo.
Asal tahu saja, utang PLN US$ 6,6 miliar tersebut merupakan utang obligasi dan pinjaman luar negeri dari lembaga multilateral yang belum jatuh tempo dalam waktu dekat. Utang ini sebagian besar disumbang oleh naiknya harga minyak pada 2008 dan gejolak kurs sehingga mengakibatkan kerugian bagi PLN. Patokan kurs yang semula Rp 9.400 per dolar pada 2007 naik menjadi Rp 10.900 per dolar pada 2008.
"Karena selisih kurs itu, PLN rugi sekitar Rp 9,3 triliun. Akibatnya belanja PLN membengkak karena sebagian besar pembelian BBM dan suku cadang pembangkit dibeli dengan dolar. Sementara penjualan listrik ke pelanggan tetap menggunakan rupiah," kata Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar.
Menurut Wakil Direktur Utama PLN Rudiantara, rugi kurs itu tidak akan mempengaruhi arus kas perseroan, karena jatuh tempo utangnya masih panjang. "Tidak ada masalah karena rugi ini hanya tercatat. Beban rugi kurs akan menjadi masalah kalau utang PLN jatuh tempo pada tahun ini. Dalam beberapa tahun ke depan utang tersebut tidak jatuh tempo," ujar Rudiantara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News