Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dikabarkan meminta penurunan harga batubara untuk pembangkit listrik. Meski begitu, para pelaku usaha batubara nampaknya enggan berkomentar soal wacana yang dilontarkan oleh perusahaan pelat merah tersebut.
Contohnya, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) yang belum banyak berkomentar soal wacana tersebut. Sekretaris Perusahaan GEMS Sudin Sudirman mengatakan, perusahaan masih ingin menunggu aturan penurunan harga semisal wacana ini diterapkan.
“Kami tunggu terbit aturan pemerintah dulu,” kata dia singkat saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (24/3).
Hal serupa juga disampaikan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie mengatakan, perusahaan masih menanti kebijakan resmi dari pemerintah soal penentuan harga batubara untuk pembangkit listrik.
“Sejauh ini kami masih menunggu kebijakan resmi dari pemerintah terhadap hal tersebut,” tutur dia kepada Kontan.co.id (24/3).
Yang terang, Apollonius memastikan bahwa PTBA mendukung dan menjalankan kebijakan pemerintah untuk menghadirkan energi yang terjangkau bagi masyarakat. Namun, dia tidak merinci secara eksplisit sikap anggota indeks Kompas100 ini, soal wacana penurunan harga batubara untuk pembangkit listrik.
“Capping harga untuk listrik ini bukan yang pertama kali diterapkan, mengingat fluktuasi harga batubara sebagai salah satu komoditas yang dibutuhkan untuk pasokan energi,” lanjut Apollonius.
Sementara itu, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Febriati Nadira tidak membahas secara spesifik soal wacana penurunan harga batubara yang kabarnya dilontarkan oleh PLN ini.
Baca Juga: Harga batubara tertekan tahun lalu, ini dampaknya bagi penghematan yang dilakukan PLN
Ia hanya bilang, mematuhi peraturan ketentuan domestic market obligation (DMO) serta memenuhi kebutuhan dan pasokan batubara untuk dalam negeri merupakan prioritas dari ADRO.
Sedikit informasi, pasar Asia Tenggara berkontribusi sekitar 49% dari penjualan batubara ADRO di tahun 2020. Penjualan batubara ke Asia Tenggara tersebut didominasi oleh penjualan di pasar Indonesia dan Malaysia.
Penjualan batubara ADRO di pasar domestik menyasar PLN, independent power producer (IPP), dan juga sektor industri lainnya seperti semen dan lain-lain.
Febriati menambahkan, ADRO akan memenuhi kontrak yang telah diterima dengan para pelanggan.
“Adaro telah memiliki kontrak dengan para customer dan akan memenuhi kebutuhan sesuai kontrak,” ujar Febriati kepada Kontan.co.id, Rabu (24/3).