kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PLN menolak anggaran Rp 600 miliar dari ESDM


Kamis, 25 Juni 2015 / 11:45 WIB
PLN menolak anggaran Rp 600 miliar dari ESDM


Sumber: Antara | Editor: Uji Agung Santosa

AMBON. Manager umum PT (Persero) PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara Ikhsan Asaad mengaku telah menolak rencana pengucuran bantuan dana Rp 600 miliar dari Kementerian ESDM. Bantuan itu ditolak karena hanya digunakan untuk membangun jaringan listrik.

"Waktu ditelepon teman-teman dari Kementerian ESDM bahwa ada dana yang akan diberikan, kami mempertimbangkan untuk tidak menerima, karena hanya buat membangun jaringan tetapi tidak ada pembangkitnya. Itu sama saja dengan membuat tiang jemuran," kata Ikhsan Asaad di Ambon, Kamis.

Sehingga dirinya meminta diizinkan untuk membeli mesin Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) guna dipasang di pulau-pulau yang penduduknya sedikit.

Menurut Ikhsan, kalau anggaran Rp 600 miliar itu sekarang dikucurkan, tentunya tidak bisa serta-merta dipakai karena sudah memasuki akhir bulan Juni. "Untuk proses tendernya saja sudah membutuhkan waktu, kemudian pengadaannya berupa barang impor yang butuh waktu empat sampai lima bulan baru tiba jadi sudah lewat bulan Desember," jelas Ikhsan.

Persoalan kelistrikan ini bukan saja menjadi tanggungjawab PLN, tetapi pemerintah kalau mau membangun juga silahkan. Yang paling merepotkan nantinya adalah bagaimana memeliharanya, jangan sampai sudah dilakukan investasi membangun tetapi ternyata enam bulan kemudian pembangkitnya sudah rusak lagi.

"Apalagi untuk tenaga surya itu nilai investasinya mahal di mana satu mega watt itu sekitar Rp 30 miliar, jadi sayang sekali kalau sudah dibangun menggunakan uang rakyat tapi ternyata tidak bisa beroperasi secara optimal, misalnya kalau panelnya kotor saja sudah tidak bisa menyerap energi matahari," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×