Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih menjadi andalan dengan mendominasi bauran listrik nasional. Untuk mengimbangi dengan pengembangan energi bersih, pemerintah berkomitmen untuk menerapkan teknologi batubara bersih atau clean coal technology.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan untuk mengembangkan clean coal technology dan energi bersih, pihaknya menggandeng sejumlah pihak, termasuk dengan pemerintah Jepang. Pada Rabu (26/2), Pemerintah Jepang melalui Ministry of Economy Trade and Industry (METI) menggelar seminar clean coal technology yang juga didukung oleh New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) dan Japan COAL (JCOAL).
"Tantangan sekarang adalah bagaimana kita menghasilkan emisi yang rendah dari energi batubara. Kita sudah memasuki era tersebut," ungkap Arifin dalam siaran pers.
Baca Juga: Menilik potensi penghijauan pada PLTU batubara PLN dengan campuran biomassa
Menurut Arifin, pemanfaatan batubara yang lebih bersih didorong melalui penerapan teknologi dan sejumlah program. Ia menjelaskan, saat ini terdapat tujuh PLTU batubara existing yang telah beroperasi menggunakan teknologi supercritical dan ultra-supercritical dengan total kapasitas 5.455 MW.
Ketujuh PLTU tersebut adalah PLTU Cirebon (660 MW), PLTU Paiton 3 (815 MW), PLTU Cilacap 3 (660 MW), PLTU Adipala (660 MW), PLTU Banten/LBE 1 (660MW), PLTU Jawa 7 Unit 1 (1.000 MW) dan PLTU Jawa 8 (1.000 MW). Pemerintah pun merencanakan untuk mengembangkan PLTU batubara dengan menggunakan teknologi boiler ultra-supercritical pada sembilan lokasi di Pulau Jawa dengan total kapasitas 10.139 MW sampai dengan tahun 2028 atau sebesar 37,43 % dari total perencanaan PLTU batubara.
Arifin mengatakan, penerapan teknologi bisa mendorong menciptakan efisiensi proses pembangkitan batubara. Misalnya, penggunaan boiler supercritical mampu menciptakan efisiensi sebesar 30%. Sementara ultra-supercritical bisa sampai mengefisiensikan proses pembangkitan hingga 40%. Khusus advanced ultra-supercritical (A-USC) dan integrated gasification combined cycle (IGCC) akan diterapkan ketika teknologi tersebut sudah tersedia secara komersial.
"Ini adalah salah satu bukti kita taat atas Kesepakatan Paris dalam menciptakan lingkungan yang bersih," ujar Arifin.
Baca Juga: Peneliti LIPI: Omnibus Law Cipta Kerja jelas-jelas merugikan pekerja
Selain mendorong PLTU menggunakan teknologi ramah lingkungan seperti clean coal technology, Kementerian ESDM juga mendorong pelaksanaan co-firing atau pencampuran bahan bakar PLTU batubara dengan biomassa. Menurut Arifin Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga biomassa.
Selain itu, sambungnya, Kementerian ESDM juga memiliki kebijakan agar tambang-tambang yang selesai dieksploitasi dapat dilakukan penghijauan dengan menanam tanaman energi. “Kita menerapkan peraturan baru, bukan sekadar penghijauan, tapi dengan menanam pohon-pohon energi, sehingga energy back to sustainabale energy,” ungkap Arifin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News