kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PLTU Suralaya Unit 9 & 10 mulai konstruksi tahun depan


Selasa, 24 September 2019 / 17:50 WIB
PLTU Suralaya Unit 9 & 10 mulai konstruksi tahun depan
ILUSTRASI. PLTU Suralaya


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya Unit 9 & 10 ditargetkan mulai kontruksi pada tahun depan. Saat ini, proyek pembangkit berkapasitas 2 x 1.000 MW ini masih merampungkan proses pendanaan.

Direktur Operasi PT Indo Raya Tenaga Yudianto Permono mengatakan, proyek PLTU tersebut membutuhkan investasi sekitar US$ 3,5 miliar. Yudianto menargetkan, pada akhir tahun ini pihaknya sudah bisa mengunci pendanaan dari sindikasi perbankan.

Baca Juga: PLN raih 3 penghargaan ASEAN Coal Awards 2019 di Bangkok Thailand

"Proyek PLTU ini kan tidak membebani APBN, jadi kita harus cari lender. Kita dan lender sama sama investasi. Sekarang sedang finalisasi, kita harapkan selesai tahun ini," katanya saat ditemui di PLTU Suralaya, Selasa (24/9).

Yudianto mengungkapkan, sudah ada 15 lender yang melakukan pembicaraan untuk membiayai proyek ini. Ia menyebut, lender tersebut terdiri dari campuran bank atau lembaga pembiayaan lokal dan asing. "Paling banyak dari Asia, tapi dari bank lokal juga ada," sambungnya.

Yudianto menuturkan, K-Exim dan K-Sure yang merupakan lembaga pembiayaan asal Korea Selatan masih memegang porsi dominan dalam pendanaan proyek ini. "Lender Korea paling banyak, hampir 50%," ujarnya.

Yudianto bilang, pendanaan sindikasi tersebut ditargetkan bisa menutupi 70%-75% biaya investasi PLTU Suralaya 9 & 10. Sedangkan sisanya, akan ditutupi oleh PT Indo Raya Tenaga.

Baca Juga: Tim investigasi Polri akan umumkan penyebab blackout Jumat besok

Yudianto menyebutkan, pendanaannya kemungkinan menggunakan skema campuran antara kas internal dan pinjaman. "sisanya dari equity Indoraya. Skema financing masih kita tentukan, kemungkinan ada pinjem juga," terangnya.

Asal tahu saja, proyek PLTU Suralaya Unit 9 & 10 di bangun oleh PT Indonesia Power (IP), anak usaha PT PLN (Persero) yang bekerjasama dengan Barito Pacific group. PT Indo Raya Tenaga merupakan perusahaan patungan alias Joint Venture yang dibentuk oleh IP dan Barito. IP memegang porsi mayoritas dengan 51%, dan sisanya dimiliki Barito Pacific group.

Lebih lanjut, Yudianto menerangkan, PLTU Suralaya Unit 9&10; ditargetkan sudah bisa dibangun secara pararel pada awal tahun depan. Saat ini, proses pengerjaan proyek sudah masuk ke tahap pemadatan lahan. "Itu (pemadatan lahan) sekitar 5%-10% dari total proyek, sisanya pembangunan fisik PLTU," terangnya.

Menurut Yuniarto, pembangunan dan pengoperasian PLTU ini yang masuk ke dalam megaproyek 35.000 MW ini masih sesuai dengan RUPTL. Ditargetkan, PLTU Suralaya unit 9 berkapasitas 1.000 MW sudah bisa beroperasi pada tahun 2023. "Unit berikutnya pada tahun 2024," imbuhnya.

Adapun, PLTU Suralaya unit 9&10; akan menyedot sekitar 7 juta ton batubara berkalori 4.400 kcal/kg setiap tahunnya. Menurut Yuniarto, batubara tersebut akan dipasok secara internal oleh PLN.

Baca Juga: APLSI: Pemadaman listrik menjadi pelajaran berharga untuk kita semua

Yuniarto mengklaim, PLTU Suralaya unit 9&10; akan lebih efisien dan ramah lingkungan. Sebab, PLTU ini menggunakan teknologi Ultra Super Critical. Ia menyebut, efisiensi terhadap biaya penyediaan bisa mencapai 40%,

Sedangkan dari sisi lingkungan, Yuniarto menjamin emisi yang dikeluarkan tidak lebih tinggi dari 1/4 standar baku mutu yang disyaratkan oleh KLHK. "Lender juga kan melihat standar emisi, jadi nggak boleh tinggi," sambungnya.

Komitmen terhadap lingkungan ini juga dijanjikan oleh Direktur Operasi I PT Indonesia Power M. Hanafi Nur Rifai. Menurutnya, pengelolaan PLTU Suralaya sudah teruji sejak 34 tahun lalu.

Hanafi bilang, PLTU unit 9&10; yang akan dibangun itu merupakan pengembangan dari PLTU Suralaya yang saat ini memiliki 8 unit pembangkit batubara.

Ia menjelaskan, PLTU yang pertama kali beroperasi pada tahun 1985 ini terus mengalami pengembangan hingga sekarang memiliki kapasitas 4.025 MW. "Jadi kami pastikan komitmen terhadap lingkungan. Apalagi ini kan backbone dari sistem kelistrikan Jawa-Bali," terangnya.

Baca Juga: Apakah ada sabotase terkait padamnya listrik? Ini jawabab Polisi

Hanafi mengatakan, setrum yang dihasilkan PLTU Suralaya disalurkan ke jalur transmisi 500 kV Sistem Jawa-Bali. Kontribusi dari PLTU Suralaya unit 1-8 cukup signifikan, yakni sekitar 20% dari beban puncak sistem kelistrikan Jawa-Bali yang bisa mencapai 27.000 MW.

"Jadi peran kami (PLTU Suralaya) memang penting sebagai backbone. Unit 9&10; ini untuk mengantisipasi permintaan listrik yang terus bertambah, apalagi setelah memasuki era kendaraan listrik," ungkap Hanafi.

Hanafi bilang, saat ini PLTU Suralaya unit 1-8 menyerap sekitar 13 juta ton batubara per tahun. Untuk 8 unit tersebut, kalorinya bervariasi dalam rentang 3.800 - 5.000-an kcal/kg. Emas hitam tersebut dipasok oleh sejumlah perusahaan besar yang sudah berkontrak. Seperti PTBA, Adaro, Kideco, dan Berau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×