Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Tedy Gumilar
JAKARTA. PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk tidak kunjung menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Pontianak, Kalimantan Barat. Manajemen Truba Alam beralasan, proyek itu tertunda karena alotnya proses penentuan tarif jual-beli listrik. Selain itu, Truba masih mencari mitra yang mau menanamkan modal di proyek tersebut.
Hingga kini emiten berkode saham TRUB itu, masih menghentikan pembangunan PLTU berkapasitas 2x30 Mega Watt (MW). Semula, target waktu pembangunan pembangkit listrik ini adalah 36 bulan. Namun hingga saat ini, status pembangkit listrik tenaga uap tersebut masih under construction. "Kami suspend sejak tahun 2010," ujar Corporate Finance Truba, Handi Iswandi, di Jakarta, (27/9).
Alasannya, kata Handi, Truba Alam dan PLN hingga kini masih melakukan negosiasi soal tarif listrik. Truba Alam, kala itu, meminta harga listrik yang dijual ke PLN dinaikkan. Namun PLN dan instansi lain yang menjadi pengguna listsrik, membatasi kenaikan tarif hingga sebesar 20% saja.
Handi tidak menjelaskan alasan mereka meminta kenaikan tarif. Namun yang pasti, perjanjian jual beli listrik sudah ditandatangani Maret 2007 dan berlaku 25 tahun.
Selain itu, hingga kini perusahaannya tak kunjung mendapatkan mitra yang mau diajak membiayai pembangunan pembangkit tersebut. Nilai investasi untuk pembangunan PLTU tersebut diperkirakan berkisar US$ 1,5 juta sampai US$ 1,8 juta per MW. "Nilainya bergantung pada equipment yang akan dipergunakan. Apakah buatan Eropa, China, atau Jepang," tutur Handi.
PLTU di Pontianak ini merupakan bagian dari program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap I. Handi beralasan, banyak Independent Power Producer (IPP) program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW yang tak kunjung menuntaskan proyek mereka karena terkendala pendanaan. "Program 10.000 MW itu belum ada yang jadi. Sekarang sudah masuk tahap II," ujar Handi.
PLTU ini dikerjakan oleh PT Equator Manunggal Power, perusahaan afiliasi Truba Alam. Pemancangan tiang pertama sudah dilakukan sejak November 2007.
Berdasarkan dokumentasi KONTAN, investasi Truba Alam di proyek ini mencapai Rp 545 miliar. Sindikasi yang beranggotakan PT Bank Bukopin Tbk, Bank Jatim, Bank DKI, Bank Kaltim, dan Bank BPD Kalbar, disebut akan menyalurkan kredit untuk menutup sebagian besar kebutuhan dana pembangunan proyek tersebut. Lima bank itu akan menyediakan pinjaman senilai Rp 365 miliar. Lalu, kebutuhan dana sebesar Rp 180 miliar akan dipenuhi oleh Equator Manunggal Power.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News