Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kondisi manufaktur Indonesia sedikit membaik pada November 2023 setelah dua bulan berturut-turut mengalami pelemahan. S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada November 2023 berada di level 51,7. Angka ini meningkat 0,2 poin jika dibandingkan dengan Oktober 2023 yang berada pada level 51,5.
PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 27 bulan berturut-turut, dan berada di level 50,0.
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, menyampaikan, data PMI bulan November ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi, meski data headline terkini 51,7 masih di bawah rata-rata kuartal III yaitu 53,2.
Hal ini, lanjutnya menunjukkan penurunan pertumbuhan sektor manufaktur menuju kuartal terakhir pada tahun ini. Terutama, tingkat pertumbuhan pesanan baru melambat selama tiga bulan berturut-turut karena penjualan ekspor kembali melemah.
Baca Juga: Kemenperin Miliki 103 Karya Ilmiah Dukung Dekarbonisasi Sektor Industri
“Sangat penting untuk mengamati tanda-tanda perlambatan lebih lanjut, meski perusahaan manufaktur tampaknya optimis bahwa kondisi akan membaik pada bulan-bulan mendatang,” tutur Jingyi Pan dalam laporannya, Jumat (1/12).
Hal positif yang terjadi pada November adalah, pertumbuhan output mengalami percepatan, sebagian didukung oleh perbaikan pada jumlah tenaga kerja.
Sementara itu, tekanan harga semakin intensif, tingkat inflasi biaya input dan harga output masih belum melampaui rata-rata masing-masing, menunjukkan bahwa tekanan inflasi secara umum menurun.
Adapun menurut data PMI, ekspansi sektor manufaktur Indonesia bertahan hingga kuartal IV karena produksi yang meningkat pada laju yang sedikit lebih cepat, didukung oleh kenaikan permintaan baru dan kenaikan jumlah tenaga kerja.
Perusahaan manufaktur juga menaikkan aktivitas pembelian dan persediaan inventaris input di tengah kepercayaan diri yang lebih baik terkait dengan output mendatang.
Sementara itu, pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia kembali naik pada bulan November, didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan.
Baca Juga: Butuh Upaya Ekstra Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5,5%
Namun, tingkat pertumbuhan merupakan yang paling lambat pada periode enam bulan saat ini, dan tergolong sedang secara umum. Terutama, permintaan asing menurun pada bulan November. Permintaan ekspor baru sedikit turun selama dua bulan berturut-turut di tengah laporan upaya mengurangi stok di beberapa klien.
Lebih lanjut, kenaikan permintaan baru secara umum menyebabkan kenaikan produksi pada bulan November. Output manufaktur tumbuh pada laju tercepat sejak bulan Agustus, juga didukung oleh kenaikan jumlah tenaga kerja karena lapangan kerja kembali bertumbuh di seluruh sektor.
Perusahaan juga mampu menyelesaikan pesanan yang ada, menyebabkan penurunan volume penumpukan pekerjaan ke lima bulan.
Untuk memenuhi persyaratan produksi yang naik di tengah kenaikan permintaan baru, perusahaan manufaktur Indonesia menaikkan aktivitas pembelian. Tingkat pertumbuhan tergolong solid dan sekaligus menyumbang percepatan akumulasi inventaris input pada bulan November.
Perusahaan secara umum optimis bahwa output pada 12 bulan mendatang akan naik di tengah harapan bahwa kondisi pasar akan lebih kuat dan harga lebih stabil. Tingkat kepercayaan bisnis naik dibandingkan bulan Oktober, namun masih di bawah rata-rata jangka panjang.
Sementara itu, menurut panelis, berkebalikan dengan tren inventaris pra produksi, stok barang jadi turun pada bulan November karena barang dikirimkan untuk memenuhi pesanan.
Sebagai catatan, pada Oktober 2023, kepercayaan bisnis dalam 12 bulan ke depan turun jauh ke level terendah sejak Februari 2023.Kepercayaan bisnis ambruk karena meningkatnya ketidakpastian global ke depan.
Kendati permintaan mulai membaik tetapi S&P mencatat masih ada tekanan rantai pasokan sedikit naik pada November. Lead time (waktu tunggu pesanan) untuk input juga sedikit lebih lama pada November setelah membaik pada empat bulan sebelumnya.
Waktu tunggu salah satunya karena adanya penundaan transportasi. Pada saat bersamaan, tekanan harga naik, dengan tingkat inflasi harga input naik ke posisi tertinggi dalam satu tahun. Hal ini berdampak pada meningkatnya pengeluaran untuk biaya bahan baku, biaya pengiriman dan nilai tukar.
Perusahaan sebagian berbagi beban kenaikan biaya dengan klien, menyebabkan kenaikan tercepat pada harga output selama sembilan bulan. Namun, kecepatan inflasi biaya input dan harga output masih di bawah rata-rata jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News