Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Hendra Gunawan
KENDAL. PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) tahun ini akanĀ membangun satu unit pabrik di Kendal, Jawa Tengah, dengan investasi US$ 92 juta. Pabrik baru itu akan memproduksi bahan baku POLY untuk membuat benang.
Selama ini, pabrik benang milik POLY yang ada di Kendal mendapatkan bahan baku dari pabrik di Karawang sebesar 150 ton per hari. Dengan berdirinya pabrik baru, POLY bisa menghemat ongkos distribusi pengiriman bahan baku. "Kami rencanakan pabrik di Kaliwungu ini terintegrasi dari hulu dan hilir," kata Ravi Shankar, Presiden Direktur PT Asia Pacific Fibers Tbk, Selasa (21/1).
Selain menghemat biaya, kapasitas produksi di Kendal juga meningkat karena bahan bakunya meningkat. Asal tahu saja, pabrik ini siap memproduksi bahan baku hingga 450 ton per hari. Targetnya, pabrik akan dibangun dalam waktu dua tahun. Dengan demikian, pabrik baru bisa beroperasi tahun 2016.
Ravi bercerita, ada beberapa alasan buat POLY untuk menambah kapasitas pabriknya. Salah satunya adalah impor polyester dari China yang makin bertambah setiap tahunnya. Pada 2010, impor polyester sebesar 30.000 ton. Pada 2013, impor polyester naik menjadi 72.000 ton. Ini berarti, di domestik masih ada potensi yang bisa digarap.
Namun, rencana pendirian pabrik baru ini terganjal dengan persoalan restrukturisasi utang POLY lantaran perusahaan sulit untuk mencari pinjaman modal untuk menutup belanja modal investasi pabrik. "Pabrik ini seharusnya dibangun dari tahun lalu, tapi kami masih harus menunggu restrukturisasi utang selesai," tambah Ravi.
Makanya, Ravi berharap supaya pemerintah untuk segera menyelesaikan nasib utang POLY. Paling lambat pada April 2014, sudah ada keputusan supaya pabrik baru bisa dibangun. Terkait dengan restrukturisasi, Ravi juga meminta supaya restrukturisasi POLY dilakukan secara terpisah dari Texmaco Group. Alasannya, Texmaco sudah bukan lagi menjadi pemegang saham utama POLY.
Tak hanya menghambat ekspansi, lambannya keputusan restrukturisasi membuat POLY sulit meningkatkan penjualan. Padahal, POLY menargetkan penjualan US$ 600 juta hingga US$ 1 miliar. "Peluang pasar domestik dan ekspor hilang karena produksi stagnan," kata Ravi.
Dalam lima tahun terakhir (2009-2013), penjualan tertinggi POLY terjadi pada tahun 2011 yakni tembus hingga US$ 633,65 miliar. Tahun 2012, penjualan perusahaan melorot menjadi US$ 589,6. Kemudian, pada tahun 2013, diproyeksikan realisasi penjualan POLY turun lagi menjadi US$ 580 juta. Di tahun kuda kayu ini, Ravi pesimistis, pendapatan POLY akan meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News