Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Hartono Istana Teknologi terus mengembangkan sayap usahanya. Tak hanya di pasar lokal, melainkan juga di pasar internasional. Produsen produk elektronik bermerek Polytron ini tengah menjajaki pasar ekspor ke kawasan Amerika Latin, seperti Argentina, dan Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Perluasan pasar ini bakal mengubah komposisi penjualan produk Polytron untuk pasar domestik dan ekspor. Saat ini, kontribusi penjualan pasar domestik sebesar 95% dan pasar ekspor 5%. Tahun depan, Hartono menargetkan porsi penjualan pasar ekspor meningkat menjadi 10%.
“Semua produk kita ekspor, kecuali kulkas. Karena mereka lebih menginginkan kulkas dengan kapasitas yang lebih besar," ujar Santo Kadarusman, Public Relations and Marketing Event Manager PT Hartono Istana Teknologi, pekan lalu.
Pemilihan pasar Amerika Latin dan Timur Tengah bukan tanpa alasan. Saat mengikut pameran di luar negeri, minat pembeli asal Amerika Latin dan Timur Tengah pada produk-produk Polytron cukup besar. Dengan membidik dua pasar baru ini, Polytron juga ingin menyiasati penurunan ekspor ke tujuan-tujuan lama, seperti Filipina, Thailand, Myanmar, Srilanka, dan Pakistan.
Guna memperluas pasar ekspor ini, Polytron akan membangun jaringan distribusi bersama pengusaha China. Mereka akan menjadi distributor Polytron di dua kawasan itu. Kini, Polytron tengah melakukan survei dan menargetkan sudah bisa mulai mengekspor tahun depan.
Di Amerika Latin dan Timur Tengah, produk Polytron akan bersaing langsung dengan produk China dan Korea Selatan. Santo mengaku, pihaknya tak gentar bersaing langsung dengan produk dari kedua negara tersebut, terutama dengan produk China yang terkenal lebih murah harganya.
"Berdasarkan informasi, China sudah mencabut subsidi ekspor untuk produk mereka yang selama ini menjadi penyebab harga produk China jauh lebih murah dibandingkan negara lain di pasar internasional," ujar Santo.
Santo bilang, harga produk Polytron di pasar ekspor nantinya tak berbeda dengan di dalam negeri. "Misalnya untuk televisi, di sini kita jual Rp 2 juta, di luar kami jualnya US$ 200. Jadi sama, meski hal ini membuat keuntungan kami tergerus," tandasnya.
Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Departemen Perindustrian (Depperin) Budi Dharmadi mengatakan, industri elektronika termasuk penyumbang devisa terbesar dalam bidang industri. "Nilainya 11,5% dari total ekspor Indonesia atau sekitar US$ 7,65 miliar di tahun 2008," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News