kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Populasi ikan lokal semakin tersisih


Selasa, 10 Juni 2014 / 18:31 WIB
Populasi ikan lokal semakin tersisih
ILUSTRASI. Manfaat bawang merah untuk kesehatan.


Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Dampak negatif introduksi ikan asing, telah dirasakan di Indonesia dan banyak negara. Meledaknya populasi ikan Sapu-sapu, Keong Mas dan ikan Mujair di beberapa perairan umum menunjukkan adanya dominasi dan ketidakseimbangan populasi yang dapat menurunkan populasi bahkan mungkin kepunahan species ikan asli di perairan.

Populasi ikan Mujair di Waduk Cirata semakin berkurang, tapi ironisnya populasi ikan Louhan meningkat, sedangkan di waduk Sempor, Jawa Tengah, ikan Wader dan ikan Betik yang dulunya berlimpah sekarang sudah jauh berkurang, dan sebaliknya ikan Oscar dan Louhan banyak ditemukan.

Ikan-ikan asli di perairan Bangka seperti Belida, Tapah, sekarang populasinya tergusur oleh ikan Toman yang dahulu ditebarkan sebagai upaya reklamasi bekas galian tambang. Ditempat lain, populasi ikan Depik, ikan asli danau Laut Tawar, Aceh mulai terdesak oleh ikan Nila yang diintroduksikan ke danau tersebut.

Ikan setan merah (red devil) yang masuk secara tidak sengaja bersama aneka jenis benih ikan di waduk Sermo, Yogyakarta populasinya semakin tidak terkendali, memangsa ikan lain seperti ikan Mas, Tawes, Nila di waduk tersebut. Setelah 10 tahun sejak ikan itu masuk ke waduk tersebut, hasil tangkapan semakin menurun dan sekitar 75% dari hasil tangkapan adalah ikan red devil.

Saat ini ikan tersebut juga semakin mengancam populasi ikan lain di Waduk Cirata, dan Kedung Ombo. Contoh lain, Lobster air tawar Cherax quadricarinatus yang diintroduksikan ke danau Maninjau, Sumatera Barat dikhawatirkan akan menjadi jenis invasif karena lobster ini mempunyai laju pertumbuhan dan fekunditas yang superior.

Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Narmoko Prasmadji mengatakan, masuknya jenis ikan asing juga berpotensi membawa jenis penyakit asing eksotik yang menyerang ikan budidaya maupun ikan perairan umum.

Beberapa jenis penyakit eksotik yang masuk ke Indonesia ada 13 jenis. Diantaranya, Lerneae cyprinacea, pada ikan Mas, Viral Nervous Necrosis Virus (VNNV) pada ikan Kerapu, Koi herpesvirus (KHV) pada ikan Koi dan Mas, White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan taura Syndrome Virus (TSV) pada udang.

Wabah penyakit pertama diketahui tahun 1932 di Jawa Tengah dan Jawa Barat yang disebabkan parasit Ichthyophthirius multifilis yang diduga masuk ke Indonesia bersama ikan yang diimpor dari Amerikan dan Eropa.

Parasit Myxobulus pyriformis menyebabkan kematian masal benih ikan Mas di Jawa Tengah pada tahun 1951. "Lernaea cyprinacea, parasit cacing berbentuk jangkar yang berasal dari Jepang masuk pada awal 70-an menyebabkan kematian sekitar 30% benih ikan Mas, ikan Tawes, ikan Tambakan, ikan Gurame di pulau Jawa, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara," kata Narmoko dalam siaran persnya, Selasa (10/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×