Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Departemen Kehutanan bekerja sama dengan PT Pos Indonesia dan Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia) akan meluncurkan penerbitan prangko seri burung Indonesia edisi khusus Pusaka Hutan Sumatera.
Edisi perdana prangko ini menampilkan enam jenis burung dengan status keterancaman tertinggi yang merupakan burung khas Sumatera. "Kami akan launching prangko ini besok pada tanggal 15 Juli," ujar Kepala Humas Dephut, Masoed hari ini (14/7).
Keenam jenis burung tersebut adalah Julang Jambul Hitam (Aceros Corrugatus), Cekakak Hutan-Melayu (Actenoides Concretus), Kukau Raja (Argusianus Argus), Luntur Kasumba (Harpactus Kasumba), Bangau Storm (Ciconia Storm), dan Mentok Rimba (Cairina Scutulata).
Pemilihan tema ini berdasarkan tiga hal. Pertama, pulau Sumatera merupakan salah satu pulau dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kedua, pulau Sumatera memiliki jenis mamalia paling banyak di Indonesia. Ketiga, di Pulau Sumatera terdapat lebih dari 609 jenis burung.
"Lebih dari 40% dari jumlah burung yang ada di Indonesia terletak di Sumatera," ujar Darori, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Dephut.
Penerbitan prangko seri burung Sumatera ini adalah langkah awal untuk membagi pengetahuan kepada masyarakat luas tentang burung dan habitatnya. Selain itu, untuk membangun kesadaran melestarikan
burung-burung di Indonesia dari ancaman kepunahan.
"Penerbitan prangko ini untuk meningkatkan wisata pengamatan burung yang diminati wisatawan dalam dan luar negeri," tutur dia.
Berdasarkan catatan Dewan Burung Indonesia, hingga tahun ini, di Indonesia hidup 1.598 jenis burung. Indonesia menempati urutan kelima berdasarkan jumlah spesies burung yang hidup di dunia. Namun, untuk jenis burung-burung berkategori kritis, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah
Brasil dan Amerika Serikat.
Darori menyayangkan, pembukaan lahan yang tidak memperhatikan kawasan. Menurutnya, Sumatera menjadi salah satu pulang yang memiliki jumlah wisata paling lengkap. “DI tempat lain, jumlah satwanya
sudah punah,” katanya.
Direktur Pos, Inggrid R. Pandjaitan mengatakan, minat prangko masih ada. Selain sebagai alat bayar, prangko adalah alat untuk edukasi masyarakat. "Sehingga masyarakat akan tahu tentang jenis-jenis burung di Indonesia," kata Inggrid.
Inggrid bilang, nilai nominal prangko tersebut adalah Rp 2.500 per unit. Untuk tahap pertama, mereka akan mencetak 300.000 mini sheet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News