Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain Crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mentah, dalam penerapan mandatori biodiesel 50% (B50) atau Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dengan 50% campuran CPO, dibutuhkan juga metanol.
Proses pencampuran CPO dan metanol nantinya akan membentuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME), yang akan menjadi bahan dasar pembuatan biodiesel.
Dengan adanya peningkatan kadar CPO, maka kebutuhan metanol juga akan bertambah. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) ESDM Eniya Listiani Dewi, volume metanol untuk B50 jika full dilaksanakan tahun depan dapat mencapai 2,8 juta ton per tahun.
"Jumlah B50 Kalau non-PSO sama PSO itu disamakan mandatorinya maka perlu 2,5 sampai 2,8 juta ton metanol per tahun," ungkap Eniya saat ditemui di gedung parlemen Senayan, dikutip Kamis (13/11/2025).
Baca Juga: ESDM Catat Cadangan Minyak Nasional 4,4 Miliar Barel, Kalimantan Terbesar
Eniya menjelaskan, produksi ini akan meningkat jika perhitungan biodisel untuk Public Service Obligation (PSO) dan non PSO berjalan bersamaan dengan perbandingan 50% kuota untuk PSO dan 50% untuk non PSO.
"Ini kan (metanol) untuk reaksi dengan CPO menjadi FAME. Nah, tapi Kalau prediksi saya tadi, kita sesuaikan karena ada peningkatan produksi solar," tambah Eniya.
Eniya menambahkan, saat ini Indonesia hanya mampu memproduksi metanol sebesar 600 ribu ton per tahun. Sehingga terdapat potensi peningkatan impor metanol dari luar negeri, utamanya dari timur tengah.
"Sekarang metanol itu saat ini produksi dalam negeri 600 ribu. Memang impornya tinggi. Kebanyakan dari Timur Tengah," kata dia.
Asal tahu saja, saat ini Kementerian ESDM tengah menargetkan pembangunan pabrik metanol senilai US$ 1 miliar-US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 19,08 triliun di Bojonegoro Jawa Timur, yang ditarget selesai akhir tahun 2027.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut pembangunan pabrik ini akan menekan impor metanol yang masih mencapai 2 juta ton per tahun.
"Berarti 2 juta (metanol) masih impor, kita mendorong PSN yang ada di Bojonegoro itu. Jadi meski tetap ada substitusi impor, tapi bisa mengurangi," kata dia beberapa waktu lalu.
Meski begitu, Eniya bilang, belum ada perkembangan mengenai pembangunan pabrik metanol untuk menopak mandatori biodiesel tersebut.
"Kalau itu belum, kita sih ingin secepatnya," ungkap Eniya.
Baca Juga: Apindo Optimistis Libur Nataru Perkuat Pemulihan Industri Pariwisata
Selanjutnya: Saham KB Bank (BBKP) Melesat, Direktur Jung Ho Han Ikut Berinvestasi
Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Naik di atas US$ 4.200, Menuju Reli Hari Kelima
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













