Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun, sektor pariwisata diproyeksikan kembali bergairah. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani memperkirakan, aktivitas wisata akan melonjak signifikan pada periode liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Pada tahun-tahun sebelumnya, peningkatan aktivitas wisata di periode ini umumnya mencapai 20–30% dibanding bulan-bulan biasa, dan diharapkan tahun ini juga berulang,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (12/11/2025).
Proyeksi tersebut sejalan dengan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2025 yang mencapai 121,2, naik dari 115,0 pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: Kunjungan Wisman Turun, Industri Pariwisata Harap Pulih di Akhir Tahun 2025
Menurut Shinta, peningkatan ini mencerminkan pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional, yang pada akhirnya mendorong peningkatan belanja untuk aktivitas wisata dan gaya hidup.
Dari sisi perjalanan ke luar negeri (outbound), minat wisatawan Indonesia juga menunjukkan peningkatan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah perjalanan wisata ke luar negeri pada September 2025 mencapai 695,61 ribu perjalanan, naik 5,25% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dan tumbuh 1,6% dibanding bulan sebelumnya.
Negara-negara ASEAN masih menjadi destinasi favorit. Malaysia menempati urutan teratas dengan pangsa 28,92%, disusul Arab Saudi 18,77%, dan Singapura 13,09%.
Menurut Shinta, sektor pariwisata tetap menjadi motor penting pemulihan ekonomi nasional. Ia menilai, musim liburan akhir tahun akan berperan besar dalam menjaga momentum kinerja industri pariwisata, baik dari sisi pergerakan wisatawan maupun nilai belanja masyarakat.
“Efek berganda sektor ini menyentuh perhotelan, transportasi, kuliner, hingga ekonomi lokal di berbagai daerah. Dengan tren positif sepanjang tahun dan daya beli yang mulai pulih, prospeknya cukup baik menuju akhir 2025,” kata Shinta.
Meski permintaan meningkat, Shinta mengingatkan bahwa industri pariwisata masih berada di persimpangan antara pemulihan dan penyesuaian.
“Permintaan wisata mulai pulih pasca-pandemi, namun kesiapan ekosistem pariwisata belum sepenuhnya seimbang,” jelas Shinta.
Baca Juga: Apindo Nilai Perang Dagang AS–China Buka Peluang Baru bagi Ekspor Indonesia
Ke depan, arah pembangunan pariwisata Indonesia dinilai perlu bergeser menuju quality tourism, yaitu pertumbuhan berbasis nilai tambah, bukan sekadar volume kunjungan.
Shinta menegaskan tiga langkah strategis untuk memperkuat daya saing pariwisata nasional.
Pertama, melalui reformasi regulasi dengan mempercepat proses perizinan, menyederhanakan sistem perpajakan, serta menyesuaikan aturan ketenagakerjaan agar lebih adaptif terhadap kebutuhan industri.
Kedua, dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan akselerasi digitalisasi untuk membangun ekosistem smart tourism yang efisien dan inklusif.
Ketiga, melalui penguatan aspek keberlanjutan dan diferensiasi produk wisata, dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat sustainable tourism di Asia yang bertumpu pada kekayaan budaya, konservasi alam, dan partisipasi aktif masyarakat lokal.
“Jika kebijakan, infrastruktur, dan SDM bisa bergerak seirama, tahun 2026 dapat menjadi momentum percepatan sektor pariwisata menuju daya saing global,” tutupnya.
Selanjutnya: Pertamina Geothermal (PGEO) Kembangkan Inovasi Alat Uji Sumur Panas Bumi
Menarik Dibaca: Katalog Promo Indomaret Super Hemat Periode 13-26 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













