kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Potensi pasar cerah, sejumlah emiten kayu garap pasar Amerika Serikat


Jumat, 26 Februari 2021 / 17:56 WIB
Potensi pasar cerah, sejumlah emiten kayu garap pasar Amerika Serikat


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tahun ini, sejumlah emiten kayu kompak menggarap pasar Amerika Serikat (AS). Alasannya, permintaan kayu di Negara Paman Sam diproyeksikan meningkat di tahun ini. 

Sebut saja, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) optimistis ada peningkatan permintaan dari Amerika Serikat. "Sejauh ini kami melihat pertumbuhan permintaan terutama dari pasar AS dan memiliki prospek yang sangat baik," ujar Corporate Secretary & Head of Investor Relation Integra Indocabinet Wendy Chandra kepada Kontan.co.id, Kamis (25/2). 

Wendy menjelaskan, salah satu potensi bisnisnya karena meningkatnya penjualan rumah di AS khususnya di area sub-urban. Menurut dia, kebijakan work from home (WFH) membuat masyarakat di tengah kota memilih pindah ke area sub-urban karena biaya hidup yang lebih rendah.

Adapun menurut Wendy, saat ini market share ekspor furniture Indonesia ke pasar AS masih tergolong kecil, sehingga peluang pertumbuhan ekspor ke pasar AS masih sangat besar.

Baca Juga: Ekspor menggeliat, Kemenkeu catat penerimaan Bea Keluar melesat 923%

Selain itu, banyak pembeli asal AS yang berpindah dari China ke negara lain khususnya Indonesia. Pasalnya saat ini produk furniture dan komponen gedung dari China terus tergerus ekspornya ke pasar AS karena adanya tarif perang dagang dan penerapan anti dumping dan anti subsidy duty. 

Asal tahu saja, sebelumnya China merupakan eksportir terbesar untuk furnitur ke pasar AS atau kontribusinya mencapai 50% dari total furnitur ke Amerika. 

Wendy menegaskan di sepanjang tahun 2021, WOOD akan terus fokus dan meningkatkan ekspor terutama ke pasar AS yang merupakan importir furniture dan building component terbesar di dunia.

Lewat agenda bisnis ini, WOOD membidik pertumbuhan pendapatan 20% yoy hingga tutup tahun 2021. Cara WOOD mencapai targetnya, Integra akan meningkatkan utilisasi produksinya karena tahun lalu sudah menambah kapasitas produksi.

Begitu juga dengan PT SLJ Global Tbk (SULI) yang akan membidik pasar Amerika dan Korea Selatan di tahun ini. 

Wakil Presiden Direktur SLJ Global, David memaparkan tahun ini SULI masih akan fokus pada pasar yang selama ini sudah digarap seperti Amerika dan Korea karena merupakan kontributor ekspor utama. 

Baca Juga: Industri pulp dan kertas harus bisa menopang perekonomian dalam negeri

David mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan kayu dari Amerika adalah pengisian stok kembali dari yang sebelumnya pasokannya sempat menurun ke sana. 

"Tahun ini kami harap bisa mempertahankan volume penjualan kayu ke Amerika sebanyak 50.000 hingga 60.000 kubik produk plywood di sepanjang tahun ini. Volume ini kurang lebih sama dengan tahun lalu," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/2). 

David menjelaskan meski sekarang terjadi peningkatan permintaan kayu dan harga jual tumbuh 20% sejak awal tahun, kondisi cuaca membuat pasokan bahan baku terhambat. Hal ini membuat harga bahan baku naik kurang lebih 20%. 

Setali tiga uang, PT Indonesia Fireboard Industry Tbk (IFII) bahkan akan membidik Amerika sebagai tujuan ekspor di tahun ini. Melansir laporan hasil paparan publik 2020 (7/12), manajemen IFII menjelaskan perusahaan saat ini sedang menjajaki kemungkinan untuk menembus pasar tujuan ekspor baru yaitu ke Jerman dan Amerika Serikat. 

Tak hanya ke Amerika, peluang ekspor juga datang dari negara lain. Direktur IFII, Ang Andri Pribadi menjelaskan  peluang pasar ekspor yang masih terbuka saat ini yaitu di Timur Tengah, selain itu juga negara Jepang seiring dengan mulai pulihnya kondisi ekonomi di Jepang di masa pandemi ini. Hal ini ditandai dengan permintaan MDF dari Jepang yang mulai berangsur-angsur pulih sejak akhir tahun 2020.

Secara umum, Andri melihat prospek bisnis di sepanjang 2021 masih ada peluang bagi Indonesia dengan melihat kondisi ekspor produk Medium Density Fibreboard (MDF) dari negara lain. 

Baca Juga: Terdampak Cuaca, Pasokan Kayu PT SLJ Global Tbk (SULI) Masih Tersendat

Adapun Andri memaparkan, kompetitor IFII di Malaysia, Thailand dan Vietnam saat ini mengalami kesulitan untuk penyediaan bahan baku kayu sebagai bahan baku utama produk MDF yang bisa mengakibatkan naiknya harga penjualan MDF dari masing-masing Negara tersebut. 

"Hal ini bisa menjadi suatu keunggulan yang kompetitif bagi kami di mana Indonesia masih memiliki banyak sumber bahan baku kayu dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain, sehingga harga jual produk kami dapat lebih bersaing dengan pabrik lain di negara kompetitor," jelasnya ketika dihubungi terpisah. 

Sebagai informasi pada saat ini, IFII sudah mendapatkan order penjualan untuk tiga bulan ke depan. Maka dari itu, emiten yang bergerak di bidang kayu ini memproyeksikan penjualan tahun ini bisa tumbuh positif dengan tingkat pertumbuhan di kisaran 10% yoy. 

Selanjutnya: Sejumlah emiten manufaktur masih optimistis gali pasar ekspor ke AS di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×