kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

PPSKI: Sistem zonasi impor daging berisiko


Rabu, 01 Februari 2017 / 21:31 WIB
PPSKI: Sistem zonasi impor daging berisiko


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Peralihan sistem impor sapi dari basis negara (country based) menjadi basis zona (zone based) ramai menjadi perdebatan. Sebab, impor daging berdasarkan zona based dikhawatirkan membawa daging impor yang mengidap virus penyakit mulut dan kuku (PMK).

Rochadi Tawaf, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mengatakan, sistem zona based penuh risiko. Terutama, tentang adanya kemungkinan penyakit hewan menular utama (PHMU). "Kita tidak bisa memastikan apakah daging atau sapi bakalan yang diimpor itu benar-benar sehat," katanya.

Ia mengatakan, Indonesia belum memiliki sistem kesehatan hewan nasional yang mampu mengontrol kesehatan hewan ternak, termasuk soal impor ini.

Bagi Rochadi, sistem zona based tetap rentan dari penyakit hewan menular, seperti penyakit mulut dan kuku. Pasalnya, sistem ini memperbolehkan impor daging dari negara yang statusnya belum bebas PMK. Sedangkan, aturan sebelumnya yakni country based mengharuskan negara asal daging adalah negara yang statusnya sudah bebas dari PMK.

Rochadi memprediksi, jika sistem zona based dijalankan, maka akan terjadi penurunan penyerapan daging sapi lokal. "Saat ini saja pemotongan sapi lokal di pusat konsumen sudah turun 30% -50%. Pusat konsumen berada di sekitar Jabodetabek," tuturnya.

Menyiasati adanya kebijakan ini, Rochadi mengatakan, pihaknya akan menggunakan strategi good farming practices untuk melindungi peternak lokal. "Tidak ada cara lain, strategi itu sudah paling ampuh. Kami akan mendorong cara beternak yang baik dan benar," ungkapnya.

Ia menambahkan, jika zona based tetap dijalankan, peternak tidak bisa lagi mengandalkan pemerintah terkait vaksin, pengecekan laboratorium, dana tanggap darurat, dan sebagainya. "Jadi kami harus melindungi nasib kami sendiri. Kenapa kami tidak bisa lagi meminta fasilitas tersebut, karena pemerintah tetap membuka zona based tanpa sistem kesehatan hewan nasional," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×