Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Sedangkan pada 2019, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 27,11 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar US$ 8,58 miliar.
Khusus untuk ekspor makanan dan minuman Indonesia ke AS, pada periode Januari-April 2020 mencapai US$ 293,63 juta. Nilai ini tumbuh 29,69 % dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara ekspor makanan dan minuman Indonesia ke Amerika pada 2019 tercatat sebesar US$ 730,4 juta.
Baca Juga: Dongkrak ekspor produk makanan dan minuman, Kemendag bidik pasar Arab Saudi
Menteri Agus menambahkan, produk makanan dan minuman Indonesia menjadi salah satu sektor yang mampu bergerak positif selama pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai ekspor pangan olahan Indonesia sebesar 7,9 % pada periode Januari-April 2020 atau sebesar US$ 1,33 miliar.
Agus menjelaskan, Kemendag menyusun strategi peningkatan daya saing produk makanan minuman dan kuliner Indonesia. Strategi itu antara lain: Pertama, menentukan fokus pasar dan produk ekspor khusus untuk produk makanan minuman berbahan baku alami, organik, specialty, dan bumbu olahan sebagai bahan baku kuliner Indonesia.
Kedua, meningkatkan daya saing produk, sumber daya manusia, dan UKM ekspor. Ketiga, meningkatkan penetrasi pasar. Keempat, memperkuat peran perwakilan perdagangan di luar negeri. Kelima, melakukan relaksasi ekspor dan impor untuk tujuan ekspor. Keenam, pengembangan SDM ekspor di antaranya melalui webinar, pelatihan ekspor, dan program pendampingan ekspor selama pandemi.
Asal tahu saja, pada 2019, ekspor makanan minuman Indonesia tercatat senilai US$ 4,15 miliar, atau naik 3,54 % dibandingkan pada tahun sebelumnya. Tren ekspor pangan olahan Indonesia lima tahun terakhir (2015-2019) tercatat sebesar 8,99 %.
Kontribusi industri makanan minuman Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas adalah sebesar 36,40 %. Sementara pada kuartal pertama 2020, kontribusi mamin Indonesia terhadap PDB nasional mencapai 19,98 %.