kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi alat berat diproyeksi anjlok hingga 52% tahun ini akibat pandemi corona


Sabtu, 20 Juni 2020 / 07:10 WIB
Produksi alat berat diproyeksi anjlok hingga 52% tahun ini akibat pandemi corona


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan alat berat diperkirakan masih belum akan membaik dalam waktu dekat. Seiring dengan hal ini,  Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (HINABI) memperkirakan produksi alat berat hingga tutup tahun 2020 bakal anjlok sampai 52% dibanding realisasi produksi tahun lalu. 

Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (HINABI) Jamaluddin mengatakan, mulanya pihaknya memiliki rencana untuk mengejar target produksi 7% lebih rendah dari realisasi produksi tahun lalu yang mencapai 6.060 unit. Namun demikian, rencana produksi ini kemudian direvisi menjadi turun 52% atas dasar pertimbangan permintaan yang melesu di tengah mewabahnya pandemi corona (covid-19).

Baca Juga: Intip upaya Astra International (ASII) mengatasi tekanan bisnis di tengah Covid-19

Planning kami mulanya itu mau produksi 7% lebih rendah dari 2019, gara-gara corona kami turunkan lagi 45% jadi 52%, jadi di tahun 2020 rencana produksi alat berat Indonesia hanya di level 3.000,” kata Jamaluddin kepada Kontan.co.id, Rabu (17/6).

Menurut Jamaluddin, imbas efek gulir corona sudah dirasakan industri alat berat sejak Februari 2020 lalu. Kala itu, industri alat berat dalam negeri sudah mulai merasakan adanya penurunan permintaan dari  beberapa sektor, terutama dari sektor pertambangan. 

Tak pelak, realisasi produksi alat berat pada tiga bulan pertama tahun ini hanya mencapai 1.016 unit. Realisasi ini merosot 41,37% bila dibandingkan dengan realisasi produksi periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 1.733 unit. “Corona kan mulai Februari 2020, ujung-ujungnya negara tujuan ekspor komoditas batubara pada lockdown, kita  jadi enggak bisa ekspor,” jelas Jamalulddin.

Gejala penurunan permintaan juga diamini oleh sejumlah pemain alat berat. Presiden Direktur  PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) Djonggi Gultom mengungkapkan, pihaknya mendapati adanya penurunan permintaan alat berat terhitung sejak April 2020 lalu. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Saham di BEI Masih Bakal Lesu di Kuartal II-2020

Penurunan permintaan alat berat utamanya dijumpai pada sektor pertambangan yang biasanya berkontribusi menyerap 50% total penjualan alat berat. Akibatnya, penjualan alat berat HEXA merosot 30% dibanding biasanya. Untuk mengimbangi penurunan permintaan alat berat, HEXA tengah menggenjot pendapatan dari segmen usaha jasa  pemeliharaan dan perbaikan serta penjualan suku cadang. 




TERBARU

[X]
×