kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.171   -65,00   -0,43%
  • IDX 7.745   3,61   0,05%
  • KOMPAS100 1.210   1,46   0,12%
  • LQ45 971   -6,60   -0,68%
  • ISSI 233   2,13   0,92%
  • IDX30 497   -2,77   -0,55%
  • IDXHIDIV20 598   -4,92   -0,82%
  • IDX80 138   0,12   0,09%
  • IDXV30 142   0,88   0,62%
  • IDXQ30 166   -1,20   -0,72%

Produksi Alat Berat Tahun Ini Diproyeksi Terkoreksi, Ini Pemicunya


Kamis, 26 September 2024 / 19:30 WIB
Produksi Alat Berat Tahun Ini Diproyeksi Terkoreksi, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Petugas berada di Excavator Sunward saat ajang Mining Indonesia 2024, Jakarta. PT Hayyu Pratama Dealer hadirkan dua produk unggulan Sunward dan Shacman di Mining Expo 2024. Sebagai authorized dealer sunward dan shacman yang berpusat di Kota Samarinda, hingga tahun 2024 Hayyu Pratama Dealer telah membuka kantor cabang di berbagai kota seperti Jakarta, Makassar, Balikpapan, Banjarmasin dan Kendari. Dan di tahun ini akan dibuka lagi cabang baru di Kota Pontianak, Manado dan Pekanbaru sebagai layanan purna jual yang lebih bagus kepada para pelanggan. KONTAN/Muradi


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi produksi alat berat tahun ini diproyeksikan bakal terkoreksi. Pasalnya, saat ini tren industri alat berat di pasar domestik tengah merosot, terutama di sektor konstruksi. 

Segmen konstruksi yang diharapkan meningkat dengan adanya proyek-proyek pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Joko Widodo ini justru belum optimal menyerap alat berat produksi dalam negeri.

Dus, kegiatan Pemilu 2024 pada awal tahun lalu juga memberikan sentimen negatif yang mendorong pelaku usaha untuk bersikap wait and see terhadap hasil dan kebijakan pemerintah selanjutnya. 

Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Nasional Meningkat Signifikan, BYD dan Chery Juara Balapan

Kendati demikian, produsen alat berat masih mengandalkan sektor pertambangan dan agro untuk mengejar target produksi pada sisa tahun ini. Terlebih, pada semester II-2024 dua sektor ini sering kali mencatatkan kinerja apik.

Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) melaporkan produksi alat berat mengalami penurunan sebesar 16% secara tahunan pada semester I-2024. 

Total realisasi produksi alat berat konstruksi dan pertambangan periode Januari-Juni 2024 sebanyak 3.337 unit, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4.014 unit.  

Realisasi produksi alat berat yang merosot selama semester I-2024 ini disebabkan masih minimnya permintaan alat berat di sektor pertambangan lantaran harga komoditas mineral seperti batubara dan nikel yang melemah atau tak setinggi beberapa tahun lalu. 

Baca Juga: Pemerintahan Jokowi Terus Pacu Ekspor Batubara

Secara detail, produksi alat semester I-2024 didominasi hydraulic excavator sebesar 2.873 unit, kemudian dump truck sebanyak 252 unit, bulldozer 202 unit dan motor grader sebanyak 10 unit. 

Hinabi mencatat porsi penyerapan alat berat yang diproduksi saat ini sebagian besar diserap oleh industri tambang sebanyak 60% yang didominasi permintaan untuk angkutan produksi nikel. 

Alat berat untuk industri agri sebanyak 15%, kehutanan sebanyak 15%, dan konstruksi sebanyak 10%. Giri mengaku berharap banyak pada pangsa pasar di sektor konstruksi. 

Ketua Umum Hinabi Giri Kus Anggoro mengatakan target produksi 8.000 unit akan sedikit terkoreksi karena pengaruh pasar global yang juga sedang menurun. Selain itu, di sektor konstruksi banyak investor yang menunda investasinya sampai pemerintahan baru secara resmi menentukan arah pembangunannya.

Baca Juga: Penurunan Suku Bunga Jadi Katalis Astra International (ASII), Ini Rekomendasinya

"Target produksi 8.000 unit mungkin agar sedikit terkoreksi , karena pengaruh pasar global yg juga cenderung turun," kata Giri kepada Kontan, Kamis (26/9).

Kendala Produsen Alat Berat

Giri menyoroti kendala impor bahan baku dan komponen masih terjadi di beberapa perusahaan manufaktur alat berat. Hal ini disebabkan kuota impor yang disetujui tidak sesuai dengan kebutuhan produksi di perusahaan manufaktur tersebut.

Selain itu, proses pengurusan Pertek/Pertimbangan Teknis yang dibutuhkan untuk keperluan persetujuan impor dari kementrian terkait masih membutuhkan waktu yang relatif lama. 

Baca Juga: Permintaan Membaik, United Tractors (UNTR) Mengerek Target Penjualan Alat Berat

"Harapan kami agar persetujuan kuota impor dapat sesuai dengan jumlah kuota yang diajukan di mana telah mempertimbangkan kebutuhan produksi. Selain itu, kami berharap komponen/bahan baku yang belum bisa diproduksi atau disuplai dari dalam negeri dapat dikeluarkan dari Lartas," ujar Giri.

PT Gaya Makmur Putra, anak Perusahaan PT Gaya Makmur Tractors menyatakan sektor yang paling banyak menyerap produksi alat berat saat ini adalah sektor pertambangan, sektor kehutanan, sektor pertanian. 

Direktur Sales Gaya Makmur Putra, Edward Cahyadi mengatakan, target produksi alat berat seringkali disesuaikan dengan kondisi pasar yang dinamis, seperti fluktuasi harga komoditas, kebijakan pemerintah, dan proyek-proyek besar yang sedang berjalan. 

Adapun, kata Edward, faktor-faktor yang mempengaruhi sektor mana yang paling banyak menyerap produksi alat berat yaitu harga komoditas dan kondisi ekonomi global.

Selanjutnya: Saat Coretax Beroperasi, Pengamat Ingatkan Soal Keamanan Data Wajib Pajak

Menarik Dibaca: Fanta Rasa Anggur Baru Resmi Meluncur di Indonesia, Tersedia Mulai 1 Oktober 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Sales Mastery [Mau Omzet Anda Naik? Ikuti Ini!] Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×