kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ini Penyebab Produksi Alat Berat di Indonesia Turun pada Semester I-2024


Kamis, 25 Juli 2024 / 17:17 WIB
Ini Penyebab Produksi Alat Berat di Indonesia Turun pada Semester I-2024
ILUSTRASI. Kinerja pasar alat berat nasional cenderung lesu selama tahun 2024 berlangsung.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar alat berat nasional cenderung lesu selama tahun 2024 berlangsung. Meski ada optimisme terhadap perbaikan kinerja, industri alat berat tetap tak lepas dari tekanan.

Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia Giri Kus Anggoro mengungkapkan, realisasi produksi alat berat nasional tercatat sebanyak 3.337 unit pada semester I-2024 atau berkurang 17% year on year (yoy) dibandingkan produksi alat berat pada semester I-2023 yaitu 4.014 unit. Adapun alat berat yang paling banyak diproduksi di dalam negeri adalah hydraulic excavator.

"Penurunan penjualan ini disebabkan kondisi pasar di Indonesia yang cenderung wait and see selama periode Pemilu 2024, namun mulai ada kenaikan permintaan pada kuartal kedua," jelas Giri, Rabu (25/7).

Baca Juga: Pasar Lesu, United Tractors Tak Akan Revisi Target Penjualan tahun 2024

Selain itu, pelemahan kurs rupiah dalam beberapa bulan terakhir juga menimbulkan kenaikan biaya produksi alat berat, karena sebagian bahan bakunya masih harus diimpor dari luar negeri. Walau begitu, untuk saat ini efek koreksi kurs relatif minim bagi pihak produsen lantaran impor bahan baku alat berat punya lead time order yang panjang.

"Banyak bahan baku yang sudah dipesan beberapa bulan lalu dan masih bisa digunakan untuk kebutuhan produksi hingga beberapa bulan mendatang," terang Giri.

Secara umum, Hinabi yakin tren produksi alat berat akan kembali meningkat pada semester II-2024, sehingga target produksi sebanyak 8.000 unit sampai akhir tahun nanti masih bisa tercapai. Potensi bertambahnya produksi didukung oleh peningkatan kebutuhan alat berat di sektor pertambangan batubara dan nikel hingga sektor infrastruktur.

Kendati demikian, tantangan muncul dari maraknya impor alat berat dari China yang membanjiri sejumlah area pertambangan di Indonesia. Kondisi ini membuat persaingan pasar alat berat nasional makin ketat.

"Untuk bisa bersaing, industri alat berat lokal berupaya memberikan harga produk yang kompetitif dan meningkatkan kualitas produksi secara berkelanjutan," imbuh Giri.

Sementara itu, PT United Tractors Tbk (UNTR) mengalami penurunan penjualan alat berat merek Komatsu sebesar 34,17% year on year (yoy) menjadi 1.757 unit pada Januari-Mei 2024. Penjualan alat berat UNTR masih didominasi oleh segmen pertambangan dengan porsi 66%.

Kendati demikian, pihak UNTR tetap mempertahankan target penjualan alat berat Komatsu sebesar 14.000 unit pada 2024. "Target penjualan kami sudah mempertimbangkan kinerja alat berat yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu," ujar Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis, Selasa (23/7).

Untuk memacu kinerja, UNTR berusaha meningkatkan cakupan penjualan dan mencari peluang di sektor-sektor industri pengguna alat berat yang masih berpotensi tumbuh positif.

Baca Juga: Royaltama (RMKO) Bangun dan Operasikan Fasilitas Tambang Anak Usaha Atlas (ARII)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×