kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi berpotensi turun, SKK Migas-ExxonMobil optimalkan lapangan selain Banyu Urip


Minggu, 07 Februari 2021 / 18:21 WIB
Produksi berpotensi turun, SKK Migas-ExxonMobil optimalkan lapangan selain Banyu Urip
ILUSTRASI. Seorang petugas melintas di samping sebuah rig berjalan atau 'skidding rig' di lapangan minyak Banyu Urip


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

Demi menjaga tingkatan produksi, SKK Migas menargetkan penambahan dari onstream-nya sejumlah proyek serta Enchanced Oil Recovery (EOR) dan menggencarkan eksplorasi.

Baca Juga: Produksi minyak Blok Cepu diproyeksi alami penurunan bertahap

Dwi melanjutkan, sejumlah strategi utama yang bakal dilakukan meliputi manajemen reservoir yang baik, monetisasi untreated gas, optimasi pengembangan lapangan dan pengeboran sisipan, pengembangan formasi klasik hingga pengembangan lapangan sekitar yakni Cendana dan Alas Tua.

Sementara itu, PT ExxonMobil Cepu Limited memastikan bakal terus berupaya mengoptimalkan produksi Blok Cepu kendati dibayangi potensi laju penurunan alamiah.

Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Azi N Alam bilang Lapangan Banyu Urip merupakan sumber daya produktif kelas dunia.

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil kajian teknis yang dilakukan tercatat terjadi dua kali lipat peningkatan recoverable reserve Banyu Urip.

"Dua kali lipat dari POD awal sebesar 450 juta barel minyak (MMBO), menjadi 940 MMBO. Awal tahun ini, Banyu Urip telah melampaui komitmen POD awal-nya dengan telah memproduksikan lebih dari 450 MMBO sejak start-up di bulan Januari 2016," ujar Azi dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (3/2).

Azi menambahkan, capaian tersebut merupakan hasil dari operasi yang aman dan pengelolaan reservoir yang penuh kehati-hatian.

Selain itu, merujuk pada POD Banyu Urip sejatinya produksi untuk kurun dua tahun diperkirakan  sebesar 165 ribu barel per hari (bph). Namun dalam praktiknya, Banyu Urip mampu mencapai puncak produksi hingga 225 ribu bph selama 5 tahun.

Baca Juga: Chevron dan ExxonMobil dikabarkan jajaki merger

"Dengan kata lain, laju produksi telah meningkat sebesar 30% dari POD awal, dan puncak produksi 3 tahun lebih lama dari perkiraan semula," sambung Azi.

Azi menerangkan, kendati mencapai puncak produksi namun produksi Lapangan Banyu Urip memang diperkirakan bakal mengalami penurunan. Menurutnya, hal ini dikarenakan karakteristik alami reservoir yang juga berlaku umum di seluruh dunia.

Meski diproyeksikan bakal menurun, Azi menegaskan upaya mengoptimalkan produksi masih akan terus dilakukan. Selain itu pihaknya juga berkomitmen mempertahankan kinerja keselamatan dan keandalan operasi yang hemat biaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×