kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi minyak Blok Cepu diproyeksi alami penurunan bertahap


Rabu, 03 Februari 2021 / 18:03 WIB
Produksi minyak Blok Cepu diproyeksi alami penurunan bertahap
ILUSTRASI. Pemboran sumur migas Pertamina EP-Cepu di Jambaran Tiung Biru


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjukkan proyeksi penurunan produksi minyak Blok Cepu secara bertahap mulai tahun depan.

Kendati demikian, produksi gas Blok Cepu diprediksi masih mampu berada pada tingkatan yang stagnan dengan bertambahnya sejumlah proyek yang akan onstream.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan Blok Cepu merupakan salah satu produsen besar untuk produksi nasional pada kurun 2017 hingga tahun ini.

"Target 2021 sebesar 219.860 BOPD dan 55,16 MMSCFD," ungkap Dwi dalam RDP bersama Komisi VII, Rabu (3/2).

Dwi menambahkan dengan penetapan target tersebut, blok Cepu diharapkan berkontribusi sekitar 30% bagi produksi nasional.

Adapun, di tahun 2022 produksi minyak diprediksi bakal berada di bawah 200.000 BOPD. Angka ini akan semakin turun hingga mencapai kurang lebih sekitar 100.000 BOPD pada 2030 mendatang.

Baca Juga: Komisi VII DPR pertanyakan SKK Migas terkait program 1 juta barel

Demi menjaga tingkatan produksi, SKK Migas menargetkan penambahan dari onstream-nya sejumlah proyek serta Enchanced Oil Recovery (EOR) dan menggencarkan eksplorasi..

Dwi melanjutkan, sejumlah strategi utama yang bakal dilakukan meliputi manajemen reservoir yang baik, monetisasi untreated gas, optimasi pengembangan lapangan dan pengeboran sisipan, pengembangan formasi klasik hingga pengembangan lapangan sekitar yakni Cendana dan Alas Tua.

Dwi menambahkan, sejatinya produksi Lapangan Banyu Urip sekitar 165 ribu bopd. Produksi kemudian didorong meningkat mencapai di atas 200 ribu bopd.

"Saya tambahkan sekarang beroperasi sekitar 220.000 bopd jadi lonjakan di produksi awal memang luar biasa sehingga kelihatan decline," kata Dwi.

Ia menambahkan, rapat kordinasi terus dilakukan antara SKK Migas dan  ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) untuk mencari potensi pengembangan produksi demi memanfaatkan fasilitas yang ada.

Selanjutnya: Keekonomian jadi kunci keberlangsungan proyek Blok IDD

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×