Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan penurunan produksi minyak Blok Cepu secara bertahap pada beberapa tahun mendatang.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengungkapkan, penurunan produksi terjadi secara alamiah. "(Penurunan) alamiah, seharusnya pertengahan tahun ini tetapi kelihatan sekarang sudah ada tanda turun yakni dengan keluarnya air (water cut) juga semakin banyak gas," jelas Julius Kepada Kontan.co.id, Minggu (7/2).
Julius memastikan upaya monitoring ketat terus dilakukan demi menjaga agar penurunan produksi lebih terkontrol.
Baca Juga: Begini upaya ExxonMobil terus mengoptimalkan produksi di Blok Cepu
Julius melanjutkan langkah menahan laju produksi Blok Cepu melalui pengelolaan reservoir sembari mencari potensi lain di Blok Cepu untuk dikembangkan.
"Di Blok Cepu kan ada beberapa lapangan lagi yang masih belum dikembangkan seperti Alas Tua dan Cenda juga lainnya. Kita masih studi terus," sambung Julius.
Adapun, lapangan Banyu Urip yang selama ini berkontribusi pada produksi Blok Cepu diprediksi memang tengah mencapai masa puncak produksi dan akan mengalami penurunan produksi bertahap ke depan.
Sebelumnya, data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjukkan proyeksi penurunan produksi minyak Blok Cepu secara bertahap mulai tahun depan.
Kendati demikian, produksi gas Blok Cepu diprediksi masih mampu berada pada tingkatan yang stagnan dengan bertambahnya sejumlah proyek yang akan onstream.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan Blok Cepu merupakan salah satu produsen besar untuk produksi nasional pada kurun 2017 hingga tahun ini. "Target 2021 sebesar 219.860 BOPD dan 55,16 MMSCFD," ungkap Dwi dalam RDP bersama Komisi VII, Rabu (3/2).
Dwi menambahkan dengan penetapan target tersebut, blok Cepu diharapkan berkontribusi sekitar 30% bagi produksi nasional.
Adapun, di tahun 2022 produksi minyak diprediksi bakal berada di bawah 200.000 BOPD. Angka ini akan semakin turun hingga mencapai kurang lebih sekitar 100.000 BOPD pada 2030 mendatang.
Demi menjaga tingkatan produksi, SKK Migas menargetkan penambahan dari onstream-nya sejumlah proyek serta Enchanced Oil Recovery (EOR) dan menggencarkan eksplorasi.
Baca Juga: Produksi minyak Blok Cepu diproyeksi alami penurunan bertahap
Dwi melanjutkan, sejumlah strategi utama yang bakal dilakukan meliputi manajemen reservoir yang baik, monetisasi untreated gas, optimasi pengembangan lapangan dan pengeboran sisipan, pengembangan formasi klasik hingga pengembangan lapangan sekitar yakni Cendana dan Alas Tua.
Sementara itu, PT ExxonMobil Cepu Limited memastikan bakal terus berupaya mengoptimalkan produksi Blok Cepu kendati dibayangi potensi laju penurunan alamiah.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Azi N Alam bilang Lapangan Banyu Urip merupakan sumber daya produktif kelas dunia.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil kajian teknis yang dilakukan tercatat terjadi dua kali lipat peningkatan recoverable reserve Banyu Urip.
"Dua kali lipat dari POD awal sebesar 450 juta barel minyak (MMBO), menjadi 940 MMBO. Awal tahun ini, Banyu Urip telah melampaui komitmen POD awal-nya dengan telah memproduksikan lebih dari 450 MMBO sejak start-up di bulan Januari 2016," ujar Azi dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (3/2).
Azi menambahkan, capaian tersebut merupakan hasil dari operasi yang aman dan pengelolaan reservoir yang penuh kehati-hatian.
Selain itu, merujuk pada POD Banyu Urip sejatinya produksi untuk kurun dua tahun diperkirakan sebesar 165 ribu barel per hari (bph). Namun dalam praktiknya, Banyu Urip mampu mencapai puncak produksi hingga 225 ribu bph selama 5 tahun.
Baca Juga: Chevron dan ExxonMobil dikabarkan jajaki merger
"Dengan kata lain, laju produksi telah meningkat sebesar 30% dari POD awal, dan puncak produksi 3 tahun lebih lama dari perkiraan semula," sambung Azi.
Azi menerangkan, kendati mencapai puncak produksi namun produksi Lapangan Banyu Urip memang diperkirakan bakal mengalami penurunan. Menurutnya, hal ini dikarenakan karakteristik alami reservoir yang juga berlaku umum di seluruh dunia.
Meski diproyeksikan bakal menurun, Azi menegaskan upaya mengoptimalkan produksi masih akan terus dilakukan. Selain itu pihaknya juga berkomitmen mempertahankan kinerja keselamatan dan keandalan operasi yang hemat biaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News